Rabu, 23 Oktober 2013

SISTEM RESPIRASI EFUSI PLEURA


MAKALAH BLOK SISTEM RESPIRASI
EFUSI PLEURA





OLEH :

WORO PUSPANINGRUM



FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
 2013


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “EFUSI PLEURA”.Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Sistem Respirasi.
            Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis menemui banyak kesulitan yang secara langsung maupun tidak langsung menghambat proses kerja penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, antara lain :
1.      Ns.Tatiana, S.kep.
2.      Rekan-rekan sejawat Jurusan Keperawatan angkatan 2011 ruang 301
3.      Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang kami miliki.Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.






Jakarta Selatan, 2013

Penulis            



BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan dapat menimbulkan masalah-masalah yang dapat berakhir gagal napas. Masalah yang sering ditemukan adalah penyakit paru-paru yang biasa disebut dengan Efusi pleura dan masih banyak lagi ganguan pernapasaan.
Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura (Kapita Selekta Kedokteran, Hal. 484).
Efusi pelura adalah akumulasi cairan dalam ruang pleura dan mengubah tempat jaringan paru dan juga dapat terjadi ke dalam mediastinum dan torsio bronchus. Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura. Jadi dapat disimpulkan bahwa Efusi Pleura  adalah adanya cairan dalam kavum pleura.
Pleura terdiri dari dua membran yaitu :
a.       Pleura parietalis yang menutup permukaan paru
b.      Pleura visceralis  yang menutup dinding dad

B.   TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui mengenai bagaimana pemasangan dan asuhan keperawatan acute lung oedema.
Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui:
1.    Definisi dari efusi pleura
2.    Bagaimana patofisiologi
3.    Serta mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura

C. SISTEMATIKA
BAB I       Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika.
BAB II      Pembahasan definisi Efusi Pleura, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Asuhan Keperawatan Efusi Pleura.
BAB III    Penutup berisi kesimpulan.












BAB II
PEMBAHASAN

EFUSI PLEURA
2.1  ANATOMI PLEURA
Pleura terdiri dari dua membran yaitu :
c.       Pleura parietalis yang menutup permukaan paru
d.      Pleura visceralis  yang menutup dinding dada

2.2  FISIOLOGI PLEURA
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negative thoraks ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru yang elastic dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
            Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.
            Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural effusion.

2.3 DEFINISI
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

2.4              KLASIFIKASI EFUSI PLEURA
Efusi Pleura diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a.       Eksudat
            Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi virus.Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif.TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
b.      Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis.Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).

2.5              ETIOLOGI
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
a.       Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b.      Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c.       Peningkatan tekanan negative intrapleural
d.      Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.6              PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
  









 Bakteri TB
¯
Berkembang biak dalam sitoplasma makrofag
¯         
Dibawa secara hematogen/sistemik
¯
Masuk kep paru membentuk sarang TB pneumonia kecil / sarang primer
¯
                                                                  Menjalar ke bagian pleura
¯
Mengeluarkan eksudat  ® BJ meningkat
¯
Tekanan onkotik trans pleura menurun
¯
Penumpukan/efusi pleura

2.7 KOMPLIKASI
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
5. Empiema
 Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.

Gejala
* Batuk kering
* Demam dan menggigil
* Keringat berlebihan, terutama berkeringat di malam hari
* Ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
* Berat badan menurun
* Nyeri dada





Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengobati infeksi dan menghilangkan kumpulan nanah dari paru-paru. Antibiotik, umumnya, diresepkan untuk mengendalikan infeksi. Perlu diketahui, penyakit ini harus ditangani para ahli bedah.

Torakosentesis
Asoirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaanya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai  jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi sebaiknya dikerjakan berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dpat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapar terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebelumnya belum diketahui betul, tetapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.
Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotorak (ini yang paling sering udara masuk melalui jarum), hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi.
Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri  dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini terjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien dibaringkan pada sisi kiri dibagian bawah, posisi kepala lebih rendah dari leher, sehingga udara tersebut dapat terperangkap diatrium kanan. Menegakan diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :
Warna cairan. Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan. Bila agak kemerahh-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukan adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukan adanya abses karena amuba.
Biokimia. Secara biokimia efusi pleura terbagia atas transudat dan eksudat. Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksan juga cairan pleura:
    • Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artritis   reumatoid dan neoplasma.
    • Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastisis adenokarsinoma.

2.8       PEMERIKSAAN FISIK
a.       Inspeksi
ü  Dinding dada simetris / asimetris
ü  Sela iga melebar
ü  Cembung
ü  Gerakan menurun kesisi yang sehat
b.      Palpasi
ü  Gerakan fremitus suara menurun.
c.       Perkusi
ü  Redup, garis Ellis Domoiseau (+)
d.      Auskultasi
ü  Pada bagian yang sakit, suara napas menurun

2.9     MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya berupa :
a.       Dispnea
b.       Batuk
c.       Dada terasa penuh
d.      Sesak nafas
e.       Demam
f.        BB menurun
g.       Nyeri perut
h.       Foto thorax



2.10  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)   Pemeriksaan Medis
a.    Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi pleura akan tampak sbb :
o  Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru baeah yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung
o  Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah
o  Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral
b.    CT Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.

c.    USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
d.   Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8.Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

e.    Biopsi pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)   (Soeparman, 1990, 788).

f.     Bronskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

2). Pemeriksaan Laboratorium
a.        Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat                   Eksudat
Kadar protein dalam effusi 9/dl          < 3                            > 3
Kadar protein dalam effusi                 < 0,5                         > 0,5
Kadar protein dalam serum                         
Kadar LDH dalam effusi (1-U)          < 200                        > 200
Kadar LDH dalam effusi                    < 0,6                         > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi                       < 1,016                     > 1,016
Rivalta                                              Negatif                                    Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :
-           Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
-           Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b.        Analisa cairan pleura
-           Transudat                       : jernih, kekuningan
-           Eksudat                          : kuning, kuning-kehijauan
-           Hilothorax                      : putih seperti susu
-           Empiema                        : kental dan keruh
-           Empiema anaerob           : berbau busuk
-           Mesotelioma                   : sangat kental dan berdarah
c.        Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit 25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil        :  pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB   paru
Banyak Limfosit       : tuberculosis, limfoma,  keganasan.
Eosinofil meningkat :  emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan    jamur
Eritrosit                     :  mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.
Misotel banyak         :  Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.
Sitologi                     :  Hanya   50 - 60 %  kasus- kasus keganasan dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)
d.       Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).                 

2.9     PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS
a.    Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung  kongestif, pneumonia, sirosis).
b.    Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
c.    Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
d.   Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
e.    Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.




























Asuhan Keperawatan Efusi Pleura
DATA FOKUS
Data Subjektif
Data Objektif
Klien mengatakan :
-          Sesak nafas
-          Nyeri dada hebat
-          Batuk
-          Demam

-          TTV : TD: 110/80 mmHg, HR: 100x/menit, RR: 38x/menit, Suhu : 40˚C
-          Penurunan fremitus, suara pekak saat pekusi
-          Saat auskultasi suara nafas melemah/menghilang
-          Pemeriksaan lab adanya leukositosis
-          Foto thorax : efusi pleura
-          LED naik
-          BTA +



ANALISA DATA
Data Fokus
Problem
Etiologi
1.      DS : - klien mengatakan sesak nafas
DO : - TTV : TD: 110/80 mmHg, HR: 100x/menit, RR:38x/menit, Suhu: 40˚C.
-          Penurunan fremitus, suara pekak saat pekusi
-          Saat auskultasi suara nafas melemah/menghilang
-          Pemeriksaan lab adanya leukositosis
-          Foto thorax : efusi pleura
-          LED naik
-          BTA +


2.      DS : - klien mengatakan nyeri hebat
DO : - TTV: TD: 110/80 mmHg, HR: 100x/menit, RR:38x/menit, Suhu: 40˚C
-          Penurunan fremitus, suara pekak saat pekusi
-          Saat auskultasi suara nafas melemah/menghilang
-          Pemeriksaan lab adanya leukositosis
-          Foto thorax : efusi pleura
-          LED naik
-          BTA +
-          BB turun

3.      DS : - klien mengatakan batuk

DO: - TTD : 120/80 mmHg , Suhu : 40˚C, HR: 100x/menit, RR: 38x/menit
-          Penurunan fremitus, suara pekak saat pekusi
-          Saat auskultasi suara nafas melemah/menghilang
-          Pemeriksaan lab adanya leukositosis
-          Foto thorax : efusi pleura
-          LED naik
-          BTA +

4.      DO : - klien mengatakan : demam
DS : - TTV : TD: 120/80 mmHg, HR:100x/menit, RR: 38x/menit, Suhu: 40˚C
-          Penurunan fremitus, suara pekak saat pekusi
-          Saat auskultasi suara nafas melemah/menghilang
-          Pemeriksaan lab adanya leukositosis
-          Foto thorax : efusi pleura
-          LED naik
-          BTA +
Pola nafas tidak efektif















Resiko tinggi gangguan  pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh












Resiko tinggi perluasan infeksi














Kurang pengetahuan









menurunnya ekspansi paru sekunder














Anoreksia sekunder terhadap dispnea dan keletihan













Adanya bakteri















Kurang informasi



DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pola nafas tidak efektif  b.d menurunnya ekspansi paru sekunder
2.      Resiko tinggi gangguan  pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b,d anoreksia sekunder terhadap dispnea dan keletihan
3.      Resiko tinggi perluasan infeksi b.d adanya bakteri
4.      Kurang pengetahuan b.d kurang informasi





INTERVENSI
Criteria hasil dan tujuan
Intervensi Keperawatan
Rasional
1.      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah sesak nafas hebat sudah teratasi dengan criteria hasil :
·         TD : 120/80 mmHg
·         RR : 24x/menit
·         Suhu : 37˚C
·         Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.





































2.      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah gangguan nutrisi sudah teratasi dengan criteria hasil :
·         TD: 120/80 mmHg
·         RR : 24x/menit
·         Suhu : 37˚C
·         Konsumsi lebih  40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.
















3.      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×60 menit resiko tinggi perluasan infeksi pasien sudah teratasi dengan kriteria hasil :
·         TD: 120/80 mmHg
·         RR: 24x/menit
·         Suhu : 37˚C
·         Mengidentifikasi cara pencegahan dan penurunan resiko penyebaran infeksi

·         Mendemonstrasikan teknik/gaya hidup yang berubah untuk meningkatkan lingkungan yang aman terhadap penyebaran infeksi.



















4.      Setelah dilakukan 3x24jam masalah kurangnya pengetahuan sudah teratasi dengan criteria hasil :
·         Sudah mendapatkan informasi tentang penyakit yang dikeluhkan
·         Melakukan perubahan pola hidup
·         Berpartisipasi dalam program pengobatan
-          Identifikasi faktor penyebab







-          Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas, laporkan setiap perubahan yang terjadi



-          Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, posisi duduk


-          Observasi TTV


-          Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam


-          Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.




-          Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.











-          Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.








-          Auskultasi suara bising usus.





-          Sajikan makanan semenarik mungkin.


-          Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium


-          Jelaskan tentang patologi penyakit secara sederhana dan potensial penyebaran infeksi





-          Ajarkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sputum dengan menggunakan tissue. Ajarkan membuang tissue yang sudah dipakai serta mencuci tangan dengan baik
-          Monitor suhu sesuai sesuai indikasi


-          Kolaborasi pemberian INH,etambutol,rifampicin












-          Kaji patologi masalah individu









-          kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).
-          Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).

-           Dengan mengidentifikasi penyebab kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat
-          Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien

-          Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru maksimal
-          Supaya kita mengetahui keadaan klien
-          Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru
-          Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
-          Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru

-          Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
-          Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.
-          Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan
-          Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam tubuh.

-          Membantu klien menyadari/menerima prosedur pengobatan dan perawatan untuk mencegah penularan pada orang lain dan mencegah komplikasi
-          Membiasakan perilaku yang penting untuk mencegah penularan infeksi





-          Reaksi febris merupakan indikator berlanjutnya infeksi
-          Inh merupakan drug of choice untuk klien beresiko terhadap perkembangan TB dan dikombinasikan dengan “primary drugs” lain jhususnya pada penyakit tahap lanjut.




-          Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.
-          Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.

-          Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan


EVALUASI
TANGGAL
S.O.AP
16/10/2012
S : pasien sudah tidak sesak napas
O : TD : 120/80 mmHg
      RR : 24 x/menit
      Suhu : 37˚C
      Sputum normal
      Pernapasan normal
      Tidak terjadi sianosis
A : tujuan tercapai masalah sesak napas hebat
p : Intervensi dihentikan

S : pasien sudah tidak nyeri dada
O : TD : 120/80 mmHg
      RR : 24x/ menit
      Suhu : 37˚C
      Sputum normal
      Pernapasan normal
    Tidak terjadi sianosi
A : tujuan tercapai masalah nyeri dada
P : Intervensi dihentikan












BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

             Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam spasium pleural yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal. Efusi pleura adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.   Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif, tuberkulosis, pneumoniainfeksi paru (terutama virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, dan tumor neoplasik. Karsinoma bronkogenik adalah malignasi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura.  Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas.

3.2 SARAN

               Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami  bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.








DAFTAR PUSTAKA

Baughman C Diane, 2000, Keperawatan Medical Bedah, Jakarta: EGC.
 Doenges E Mailyn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.
Smeltzer c Suzanne, 2000, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8.Vol.1, Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar