MAKALAH
BLOK SISTEM RESPIRASI
EFUSI PLEURA
OLEH :
WORO PUSPANINGRUM
FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah
diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “EFUSI
PLEURA”.Makalah ini merupakan
tugas dari mata kuliah Sistem Respirasi.
Dalam proses pembuatan makalah ini,
penulis menemui banyak kesulitan yang secara langsung maupun tidak langsung
menghambat proses kerja penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan makalah ini, antara lain :
1. Ns.Tatiana,
S.kep.
2. Rekan-rekan
sejawat Jurusan Keperawatan angkatan 2011 ruang 301
3. Semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang kami
miliki.Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Jakarta Selatan, 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
sistem pernapasan dan dapat menimbulkan masalah-masalah yang dapat berakhir
gagal napas. Masalah yang sering ditemukan adalah penyakit paru-paru yang biasa
disebut dengan Efusi pleura dan masih banyak lagi ganguan pernapasaan.
Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal
dalam cavum pleura (Kapita Selekta Kedokteran, Hal. 484).
Efusi pelura adalah akumulasi cairan dalam
ruang pleura dan mengubah tempat jaringan paru dan juga dapat terjadi ke dalam
mediastinum dan torsio bronchus. Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum
pleura. Jadi dapat disimpulkan bahwa Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura.
Pleura
terdiri dari dua membran yaitu :
a. Pleura
parietalis yang menutup permukaan paru
b. Pleura
visceralis yang menutup dinding dad
B.
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
Umum
Diharapkan setelah
mempelajari materi ini kita dapat mengetahui mengenai bagaimana pemasangan dan
asuhan keperawatan acute lung oedema.
Tujuan
Khusus
Diharapkan
setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui:
1. Definisi
dari efusi pleura
2. Bagaimana
patofisiologi
3. Serta
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura
C. SISTEMATIKA
BAB I Pendahuluan
berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika.
BAB II Pembahasan definisi Efusi Pleura, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Asuhan Keperawatan Efusi Pleura.
BAB
III Penutup berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
EFUSI PLEURA
2.1
ANATOMI
PLEURA
Pleura
terdiri dari dua membran yaitu :
c. Pleura
parietalis yang menutup permukaan paru
d. Pleura
visceralis yang menutup dinding dada
2.2
FISIOLOGI PLEURA
Fungsi mekanis pleura adalah
meneruskan tekanan negative thoraks ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru yang
elastic dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi
tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex
sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan
fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai
lubrikans.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural effusion.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural effusion.
2.3 DEFINISI
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan
dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal,
proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan
di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya
terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang
mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleura adalah istilah yang
digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2.4
KLASIFIKASI EFUSI PLEURA
Efusi Pleura diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
a. Eksudat
Ekstravasasi
cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat inflamasi oleh produk
bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi
virus.Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif.TBC,
pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis
hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda G.
Bare, 2002).
b. Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir
menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu karena
ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi menandakan
kondisi seperti asites, perikarditis.Penyakit gagal jantung kongestik atau
gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda
G. Bare, 2002).
2.5
ETIOLOGI
Hambatan resorbsi cairan dari rongga
pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava
superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan,
karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba
subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan
berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan
cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu
dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan
tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b. Penurunan
tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan
tekanan negative intrapleural
d. Adanya
inflamasi atau neoplastik pleura
2.6
PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml
cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan
pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian
kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan
disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura
disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan
absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan
osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).Atas dasar
kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.Transudat
misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.
Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat
jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya
transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya
rendah.
Bakteri TB
¯
Berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag
¯
Dibawa
secara hematogen/sistemik
¯
Masuk kep paru membentuk sarang TB pneumonia kecil / sarang
primer
¯
Menjalar ke bagian pleura
¯
Mengeluarkan eksudat ®
BJ meningkat
¯
Tekanan onkotik trans pleura menurun
¯
Penumpukan/efusi pleura
2.7 KOMPLIKASI
1. Fibrotoraks
Efusi
pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis
adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan
akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis
paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada
efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
5.
Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru
dan membran yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh
infeksi yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam
rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih,
yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
Gejala
* Batuk kering
* Demam dan menggigil
* Keringat berlebihan, terutama berkeringat di malam hari
* Ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
* Berat badan menurun
* Nyeri dada
Gejala
* Batuk kering
* Demam dan menggigil
* Keringat berlebihan, terutama berkeringat di malam hari
* Ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
* Berat badan menurun
* Nyeri dada
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengobati infeksi dan menghilangkan kumpulan nanah dari paru-paru. Antibiotik, umumnya, diresepkan untuk mengendalikan infeksi. Perlu diketahui, penyakit ini harus ditangani para ahli bedah.
Torakosentesis
Asoirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna
sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaanya sebaiknya
dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah
paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath
nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi
1000-1500cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi sebaiknya dikerjakan
berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dpat menimbulkan pleura
shock (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapar terjadi karena
paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebelumnya belum diketahui betul,
tetapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat
menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang
abnormal.
Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotorak (ini
yang paling sering udara masuk melalui jarum), hemotoraks ( karena trauma pada
pembuluh darah interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi.
Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi
biasanya ini akan sembuh sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup
dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga
terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini terjadi emboli pulmoner
atau emboli sistemik, pasien dibaringkan pada sisi kiri dibagian bawah, posisi
kepala lebih rendah dari leher, sehingga udara tersebut dapat terperangkap
diatrium kanan. Menegakan diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :
Warna cairan. Biasanya
cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan. Bila agak kemerahh-merahan,
dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma
aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukan adanya empiema.
Bila merah coklat ini menunjukan adanya abses karena amuba.
Biokimia. Secara biokimia efusi pleura
terbagia atas transudat dan eksudat. Disamping pemeriksaan tersebut diatas,
secara biokimia diperiksan juga cairan pleura:
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artritis reumatoid dan neoplasma.
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastisis adenokarsinoma.
2.8 PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
ü Dinding
dada simetris / asimetris
ü Sela
iga melebar
ü Cembung
ü Gerakan
menurun kesisi yang sehat
b. Palpasi
ü Gerakan
fremitus suara menurun.
c. Perkusi
ü Redup,
garis Ellis Domoiseau (+)
d. Auskultasi
ü Pada
bagian yang sakit, suara napas menurun
2.9
MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya
berupa :
a. Dispnea
b. Batuk
c. Dada terasa penuh
d. Sesak nafas
e. Demam
f.
BB menurun
g. Nyeri perut
h. Foto thorax
2.10
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1) Pemeriksaan Medis
a. Rontgen dada
Rontgen
dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi
pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi pleura akan
tampak sbb :
o Cairan
pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru baeah yang
biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung
o Perselubungan
berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah
o Kadang-kadang
tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral
b. CT Scan dada
CT
scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
c. USG dada
USG
bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
d. Torakosentesis
Penyebab
dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Untuk
mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi
pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga
ke-8.Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks),
pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa
transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
e. Biopsi pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui
biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel
ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor
pleura) (Soeparman, 1990, 788).
f. Bronskopi
Bronkoskopi
kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
2).
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Pemeriksaan Biokimia
Secara
biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat
Kadar protein
dalam effusi 9/dl < 3 >
3
Kadar protein
dalam effusi < 0,5 >
0,5
Kadar protein
dalam serum
Kadar LDH
dalam effusi (1-U) < 200 >
200
Kadar LDH
dalam effusi < 0,6 >
0,6
Kadar LDH
dalam serum
Berat jenis
cairan effusi < 1,016 >
1,016
Rivalta Negatif Positif
Disamping
pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :
-
Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,
arthritis reumatoid dan neoplasma
-
Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b.
Analisa cairan pleura
-
Transudat :
jernih, kekuningan
-
Eksudat :
kuning, kuning-kehijauan
-
Hilothorax :
putih seperti susu
-
Empiema :
kental dan keruh
-
Empiema anaerob : berbau
busuk
-
Mesotelioma :
sangat kental dan berdarah
c.
Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit
25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil : pneumonia, infark
paru, pankreatilis, TB paru
Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma,
keganasan.
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis
nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3
cairan tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila
erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan
keganasan.
Misotel banyak : Jika terdapat
mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.
Sitologi : Hanya
50 - 60 % kasus- kasus keganasan
dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi
cairan pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff
Hood, 1995 : 147,148)
d.
Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo
cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB
kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif
sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).
2.9
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN
MEDIS
a. Tujuan
pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan
kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
b. Torasentesis
dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan
analisis dan untuk menghilangkan disneu.
c. Bila
penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase
water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan
paru.
d. Agen
yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut.
e. Pengobatan
lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic.
Asuhan Keperawatan
Efusi Pleura
DATA FOKUS
Data
Subjektif
|
Data
Objektif
|
Klien mengatakan :
-
Sesak nafas
-
Nyeri dada hebat
-
Batuk
-
Demam
|
-
TTV : TD: 110/80
mmHg, HR: 100x/menit, RR: 38x/menit, Suhu : 40˚C
-
Penurunan fremitus,
suara pekak saat pekusi
-
Saat auskultasi suara
nafas melemah/menghilang
-
Pemeriksaan lab
adanya leukositosis
-
Foto thorax : efusi
pleura
-
LED naik
-
BTA +
|
ANALISA DATA
Data
Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
1. DS
: - klien mengatakan sesak nafas
DO : - TTV : TD:
110/80 mmHg, HR: 100x/menit, RR:38x/menit, Suhu: 40˚C.
-
Penurunan fremitus,
suara pekak saat pekusi
-
Saat auskultasi suara
nafas melemah/menghilang
-
Pemeriksaan lab
adanya leukositosis
-
Foto thorax : efusi
pleura
-
LED naik
-
BTA +
2. DS
: - klien mengatakan nyeri hebat
DO
: - TTV: TD: 110/80 mmHg, HR: 100x/menit, RR:38x/menit, Suhu: 40˚C
-
Penurunan fremitus,
suara pekak saat pekusi
-
Saat auskultasi suara
nafas melemah/menghilang
-
Pemeriksaan lab
adanya leukositosis
-
Foto thorax : efusi
pleura
-
LED naik
-
BTA +
-
BB turun
3. DS
: - klien mengatakan batuk
DO:
- TTD : 120/80 mmHg , Suhu : 40˚C, HR: 100x/menit, RR: 38x/menit
-
Penurunan fremitus,
suara pekak saat pekusi
-
Saat auskultasi suara
nafas melemah/menghilang
-
Pemeriksaan lab
adanya leukositosis
-
Foto thorax : efusi
pleura
-
LED naik
-
BTA +
4. DO
: - klien mengatakan : demam
DS
: - TTV : TD: 120/80 mmHg, HR:100x/menit, RR: 38x/menit, Suhu: 40˚C
-
Penurunan fremitus,
suara pekak saat pekusi
-
Saat auskultasi suara
nafas melemah/menghilang
-
Pemeriksaan lab
adanya leukositosis
-
Foto thorax : efusi
pleura
-
LED naik
-
BTA +
|
Pola nafas tidak
efektif
Resiko tinggi
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko tinggi
perluasan infeksi
Kurang pengetahuan
|
menurunnya ekspansi
paru sekunder
Anoreksia sekunder
terhadap dispnea dan keletihan
Adanya bakteri
Kurang informasi
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola
nafas tidak efektif b.d menurunnya
ekspansi paru sekunder
2. Resiko
tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b,d anoreksia sekunder terhadap dispnea dan
keletihan
3. Resiko
tinggi perluasan infeksi b.d adanya bakteri
4. Kurang
pengetahuan b.d kurang informasi
INTERVENSI
Criteria
hasil dan tujuan
|
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
1. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah sesak nafas hebat
sudah teratasi dengan criteria hasil :
·
TD : 120/80 mmHg
·
RR : 24x/menit
·
Suhu : 37˚C
·
Irama, frekuensi dan
kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak
ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
2. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah gangguan nutrisi sudah
teratasi dengan criteria hasil :
·
TD: 120/80 mmHg
·
RR : 24x/menit
·
Suhu : 37˚C
·
Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan
hasil laboratorium dalam batas normal.
3. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1×60 menit resiko tinggi perluasan
infeksi pasien sudah teratasi dengan kriteria hasil :
·
TD: 120/80 mmHg
·
RR: 24x/menit
·
Suhu : 37˚C
·
Mengidentifikasi cara
pencegahan dan penurunan resiko penyebaran infeksi
·
Mendemonstrasikan
teknik/gaya hidup yang berubah untuk meningkatkan lingkungan yang aman
terhadap penyebaran infeksi.
4. Setelah
dilakukan 3x24jam masalah kurangnya pengetahuan sudah teratasi dengan
criteria hasil :
·
Sudah mendapatkan
informasi tentang penyakit yang dikeluhkan
·
Melakukan perubahan
pola hidup
·
Berpartisipasi dalam
program pengobatan
|
-
Identifikasi faktor
penyebab
-
Kaji frekuensi,
kedalaman, dan kemudahan bernafas, laporkan setiap perubahan yang terjadi
-
Baringkan pasien
dalam posisi yang nyaman, posisi duduk
-
Observasi TTV
-
Lakukan auskultasi
suara nafas tiap 2-4 jam
-
Bantu dan ajarkan
pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
-
Kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.
-
Beri motivasi tentang
pentingnya nutrisi.
-
Auskultasi suara bising usus.
-
Sajikan makanan
semenarik mungkin.
-
Kolaborasi dengan
dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
-
Jelaskan tentang
patologi penyakit secara sederhana dan potensial penyebaran infeksi
-
Ajarkan klien untuk
batuk dan mengeluarkan sputum dengan menggunakan tissue. Ajarkan membuang
tissue yang sudah dipakai serta mencuci tangan dengan baik
-
Monitor suhu sesuai
sesuai indikasi
-
Kolaborasi pemberian
INH,etambutol,rifampicin
-
Kaji patologi masalah individu
-
kaji ulang tanda atau gejala
yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena,
distress pernafasan).
-
Kaji ulang praktik kesehatan
yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).
|
-
Dengan mengidentifikasi penyebab kita dapat
menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat
-
Dengan mengkaji
kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh
mana perubahan kondisi pasien
-
Penurunan diafragma
memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru maksimal
-
Supaya kita
mengetahui keadaan klien
-
Auskultasi dapat
menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru
-
Menekan daerah yang
nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen
membuat batuk lebih efektif.
-
Pemberian oksigen
dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat
hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan
dan kembalinya daya kembang paru
-
Kebiasaan makan
seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan
pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
-
Bising usus yang
menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.
-
Penyajian makanan
yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan
-
Peningkatan intake
protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam tubuh.
-
Membantu klien
menyadari/menerima prosedur pengobatan dan perawatan untuk mencegah penularan
pada orang lain dan mencegah komplikasi
-
Membiasakan perilaku
yang penting untuk mencegah penularan infeksi
-
Reaksi febris
merupakan indikator berlanjutnya infeksi
-
Inh merupakan drug of
choice untuk klien beresiko terhadap perkembangan TB dan dikombinasikan
dengan “primary drugs” lain jhususnya pada penyakit tahap lanjut.
-
Informasi menurunkan takut
karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi
dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.
-
Berulangnya effusi pleura
memerlukan intervensi medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.
-
Mempertahankan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan
|
EVALUASI
TANGGAL
|
S.O.AP
|
16/10/2012
|
S : pasien sudah tidak sesak
napas
O : TD : 120/80 mmHg
RR : 24 x/menit
Suhu : 37˚C
Sputum normal
Pernapasan normal
Tidak terjadi sianosis
A : tujuan tercapai masalah sesak
napas hebat
p : Intervensi dihentikan
S : pasien sudah tidak nyeri dada
O : TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/ menit
Suhu : 37˚C
Sputum normal
Pernapasan normal
Tidak terjadi sianosi
A : tujuan tercapai masalah nyeri
dada
P : Intervensi dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam spasium pleural yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal. Efusi pleura adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif, tuberkulosis, pneumoniainfeksi paru (terutama virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, dan tumor neoplasik. Karsinoma bronkogenik adalah malignasi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas.
3.2 SARAN
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C
Diane, 2000, Keperawatan Medical Bedah,
Jakarta: EGC.
Doenges E Mailyn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.
Smeltzer c
Suzanne, 2000, Buku Ajar Keperawatan
medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8.Vol.1, Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar