Rabu, 23 Oktober 2013

SISTEM ENDOKRIN

MAKALAH BLOK SISTEM ENDOKRIN
DIABETES INSIPIDUS






OLEH :

WORO PUSPANINGRUM



FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
 2013


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem syaraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tuuh. Fungsi mereka satu sama lain berhubungan, namun dapaat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya medulla adrenal dan kelenjar hipofisis posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural) jika keduana dihancurkan atau diikat, maka fungsi dari keua ginjal ini sebag ian diambil alih oleh sistem syaraf.
Terdapat 2 tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar edokrin termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya kelenjar endokrin langsung melepaskan ekskresi langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin tremasuk :
1.      Pulau langerhans pada pankreas
2.      Gonad (ovarium dan testis)
3.      Kelenjarjarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat hipofisis  adrenal, hipofisis, tiroid, dan paratroid serta timus.
Insufisiensi hipofisi menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi hipofisis jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofisis (panhipopituitarisme) atau hanya sel-sel tertentu, terbatas pada suatu subset sel-sel hipofisis posterior (misalnya hipogonadisme sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik) atau sel-sel hipofisis posterior (misalnya diabetes insipidus).

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tutorial dalam  blok sistem endokrin dan agar kami sebagai mahasiswa lebih memahami tentang konsep penyakit dabetes insipdus.



C.    Sistematika
BAB I   PENDAHULUAN berisi Latar Belakang, Tujuan, dan Sistematika
BAB II n PEMBAHASAN DIABETUS INSIPIDUS berisi Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksan Diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan  Medis dan Keperawatan
BAB III PE NUTUP berisi kesimpulan.




























BAB II
PEMBAHASAN
DIABETES INSIPIDUS


A.    Definisi
Diabetes insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon antideuritik (ADH) yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah air kemih yang sangat encer (poliuri).
Diabetes Insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan oleh deisiensi vasopresin yang merupakan hormon antidiuretik (ADH).  (Brunner & Sudarth,2002)
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi, atau fungsi ADH. (Elizabet J.Corwin, 2009).

B.     Etiologi
Penyebab diabetes insipipidus dapat terjadi sekunder akibat trauma kepala, tuor otak, dan operasi ablasi atau penyinaran pada kelenjar hipofisis.
Kelainana ini dapat juga terjadi karena adanya infeksi sistem syaraf pusat atau tumor.penyebab yang lain adalah kegagalan tubulus renal untuk bereaksi terhadap ADH ;bentuk nefrogenik dari diabete insipidis dapat berkaitan dengan keadaan hipokalemia, hiperkalsemia, dan penggunaan sejumlah obat (misalnya : lithium , demeclocyclin).
(Brunner & Sudarth,2002)
Penyebab diabetes insipidus terbagi menjadi 2, yaitu :
1.      Diabetes Insipidus Sentralis ( DIS ) atau neurogenik
Kelainan hipotalumus dan kelenjar pituetary posterior karena familial atau idiopatic. Disebut diabitus insipidus primer.
2.      Diabetes Insipidus Nefrogenik ( DIN )
Diabetes Insipidus Nefrogenik ( DIN ) dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
      Penyakit ginjal kronik
      Gangguan elektrolit
      Obat –obatan
      Penyakit sickle cell
      Gangguan diet 
      Tubercolosis   
C.    Patofisiologi

                                                            Etiologi , cedera kepala


 

                                    gangguan hipofisis perifer       gangguan pada hipotalamus
                                                                                                                            nyeri kepala,
menghasilkan sedikit hormon                     fungsi ADH menurun          sel saraf terganggu    mual,muntah
                                                                                                                     penurunan kesadaran
DIABETES INSIPIDUS   
 
                                               suplai o2 menurun                                    pucat








 

Kerusakan pada akson hipofisis posterior   gangguan perfusi jaringan

                                 Tubulus ginjal tidak dapat mengabsorbsi air dan memekatkan urine             

                    Filtrasi berlebihan dari sejumlah solute , zat terlarut yang susah direpsorbsi
Seperti glukosa , manitol , atau urea dapat menekan reabsorbsi NaCl dan air di tubulus proximal dan hilang kedalam air kemih

 gangguan volume cairan          polioria          nogturia                                           


 

konsentrasi Na urin dalam darah menurun


 

hipernatremia

                                     peningkatan osmolaitas serum dan dehidrasi             merangsang chemoreseptor
 dan sensasi haus kortek serebral



D.    Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah produksi urin maupun cairan yang diminum per 24 jam sangat banyak. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain, kecuali bahaya baru yang timbul akibat dehidrasi yang dan peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut yang timbul akibat gangguan rangsang haus.
Sehingga kompensasi hilangnya cairan melalui air kemih, penderita bisa minum sejumlah besar cairan (3,8-38 L/hari) jika kompensasi ini tidak terpenuhi maka dengan segera akan terjadi dehidrasi yang menyebabkan tekanan darah rendah dan syok, penderita terus berkemih.

Secara singkatnya menurut Elizabet J.Corwin, 2009, gambaran klinis pada diabetes insipidus adalah
1.      Urin yang encer dalam jumlah besar
2.      Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)

E.     Pemeriksan Diagnostik
      Tes deprivasi cairan dilakukan dengan cara menghentikan pemberian cairan selama 8 hingga 12 jam atau sampai terjadi penurunan berat badan sebesar 3% hingga 5%.
Berat badan pasien harus sering diukur selama pemberian cairan dihentikan. Pngukuran osmolitas plasma dan urin dilakukan pada awal dan akhir test tersebut. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat dan osmolitas urin merupakan tanda khas diabetes insipidus. Penderita diabetes insipidus akan terus mengekskresikan urin dalam jumlah besar dengan berat jenis yang rendah dan akan mengalami penurunan berat badan, kenai.ikan osmolitas serum serta  peningkatan kadar natrium serum. Kondisi pasien ini harus sering dipantau selama tes, dan tet tersebut dihentikan jika pasien mengalami takikardia, penurunan berat badan yang ekstrim dan hipotensi.
      Pengukuran kadar vasopresin plasma yang dilakukan bersama dengan pengukuran osmolitas plasma serta urin, uji coba dengan menggunakan desmopresin (vasoppresin sintetik) ; dan pemberian infus larutan saline hipertonis.
      Pemeriksaan darah yang mengukur penurunan kadar ADH dengan peningkatan osmolitas plasma dan hipernatremia akan memungnkan diagnoa kondisi tersebut.

F.     Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit diabetes insipidus adalah dehidrasi berat apabila tidak tersedia air minum dalam jumlah besar dan polioria (banyak mnegeluarkan urin).
(Elizabet J.Corwin, 2009)

G.    Penatalaksanaan  Medis dan Keperawatan
Penatalaksanaan Medis
1.      Terapi substitusi
      Desmopresin 10-20 ug intranasal atau 1-4 ug subkutan
      Vasopressin dalam aqua 5-10 U sub kutan
      Lypressin 2-4 unit intranasal
      Tannate 5 unit intramuskuler
2.      Terapi Medika Mentosa
      Chlorpropamide (antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai antiepileptik, psikotropik dan analgesik spesifik) 200-500 mgr perhari.
      Clofebrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol) 4x500 mgr perhari
      Carbamazepine (anti deuretik yang berfungsi mengurangi rasa nyeri) 400-600 mgr perhari
3.      Terapi cairan parenteral
4.      Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
5.      Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopresin  (larutan pteresine).

Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang diduga menderita Diabetes Insipidus memerlukan dorongan dan dukungan pada saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi cranial. Pasien dengan anggota keluarganya harus dijelaskan tentang perawatan tindak lanjut dan berbagai tindakan darurat. Kepada pasien juga disarankan untuk mengenakan tanda pengenal seperti gelan medic alert dan menyimpan obat serta informasi tentang kelainan ini disetiap saat.
Penggunaan vasopressin harus dilakukan secara hati-hati jika terdapat penyakit arteri koroner karena tindakan ini menyebabkan vasokonstriksi.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Diabetes Insipidus adalah sindrom yang ditandai d engan poliuria dan polidipsi akibat terganggunya sekresi vasopressin oleh sistem saraf pusat yang dapat disebut dengan diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut dengan diabetes insipidus nefrogenik. Dimanifestasikan dengan poliuria dan polidipsia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar