MAKALAH
BLOK SISTEM ENDOKRIN
DIABETES INSIPIDUS
OLEH :
WORO PUSPANINGRUM
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem
syaraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tuuh. Fungsi mereka satu sama lain
berhubungan, namun dapaat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya medulla
adrenal dan kelenjar hipofisis posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural) jika keduana dihancurkan atau diikat, maka fungsi dari keua ginjal ini
sebag ian diambil alih oleh sistem syaraf.
Terdapat 2 tipe kelenjar yaitu eksokrin dan
endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada
permukaan tubuh, seperti kulit atau organ internal, seperti lapisan traktus
intestinal. Kelenjar edokrin termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya kelenjar
endokrin langsung melepaskan ekskresi langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin tremasuk :
1.
Pulau
langerhans pada pankreas
2.
Gonad
(ovarium dan testis)
3. Kelenjarjarang terjadi, namun dapat saja
terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat hipofisis adrenal, hipofisis, tiroid, dan paratroid
serta timus.
Insufisiensi
hipofisi menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi hipofisis jarang
terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat
mengenai semua sel hipofisis (panhipopituitarisme) atau hanya sel-sel tertentu,
terbatas pada suatu subset sel-sel hipofisis posterior (misalnya hipogonadisme
sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik) atau sel-sel hipofisis
posterior (misalnya diabetes insipidus).
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tutorial dalam blok sistem endokrin dan agar kami sebagai
mahasiswa lebih memahami tentang konsep penyakit dabetes insipdus.
C.
Sistematika
BAB I
PENDAHULUAN berisi Latar Belakang, Tujuan, dan Sistematika
BAB II n PEMBAHASAN DIABETUS INSIPIDUS berisi
Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksan Diagnostik,
Komplikasi, Penatalaksanaan Medis dan
Keperawatan
BAB
III PE NUTUP berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
DIABETES INSIPIDUS
A. Definisi
Diabetes insipidus adalah suatu kelainan
dimana terdapat kekurangan hormon antideuritik (ADH) yang menyebabkan rasa haus
yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah air kemih yang sangat
encer (poliuri).
Diabetes Insipidus merupakan kelainan pada lobus
posterior hipofisis yang disebabkan oleh deisiensi vasopresin yang merupakan
hormon antidiuretik (ADH). (Brunner
& Sudarth,2002)
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai
oleh penurunan produksi, sekresi, atau fungsi ADH. (Elizabet J.Corwin, 2009).
B.
Etiologi
Penyebab diabetes insipipidus dapat terjadi sekunder
akibat trauma kepala, tuor otak, dan operasi ablasi atau penyinaran pada
kelenjar hipofisis.
Kelainana ini dapat juga terjadi karena adanya
infeksi sistem syaraf pusat atau tumor.penyebab yang lain adalah kegagalan
tubulus renal untuk bereaksi terhadap ADH ;bentuk nefrogenik dari diabete
insipidis dapat berkaitan dengan keadaan hipokalemia, hiperkalsemia, dan
penggunaan sejumlah obat (misalnya : lithium , demeclocyclin).
(Brunner & Sudarth,2002)
Penyebab diabetes insipidus terbagi menjadi 2, yaitu
:
1.
Diabetes Insipidus Sentralis ( DIS ) atau
neurogenik
Kelainan
hipotalumus dan kelenjar pituetary posterior karena familial atau idiopatic.
Disebut diabitus insipidus primer.
2.
Diabetes Insipidus Nefrogenik ( DIN )
Diabetes
Insipidus Nefrogenik ( DIN ) dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
•
Penyakit ginjal kronik
•
Gangguan elektrolit
•
Obat –obatan
•
Penyakit sickle cell
•
Gangguan diet
•
Tubercolosis
C.
Patofisiologi
Etiologi , cedera kepala
![]() |










|
![]() |
|||
![]() |
|||


Filtrasi berlebihan dari
sejumlah solute , zat terlarut yang susah direpsorbsi


![]() |
konsentrasi
Na urin dalam darah menurun
![]() |


dan sensasi haus kortek serebral
D.
Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus
adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah produksi urin maupun cairan yang diminum
per 24 jam sangat banyak. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya tidak
terdapat gejala-gejala lain, kecuali bahaya baru yang timbul akibat dehidrasi
yang dan peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut yang timbul akibat gangguan
rangsang haus.
Sehingga kompensasi hilangnya cairan melalui
air kemih, penderita bisa minum sejumlah besar cairan (3,8-38 L/hari) jika
kompensasi ini tidak terpenuhi maka dengan segera akan terjadi dehidrasi yang
menyebabkan tekanan darah rendah dan syok, penderita terus berkemih.
Secara
singkatnya menurut Elizabet J.Corwin, 2009, gambaran klinis pada diabetes
insipidus adalah
1. Urin yang encer dalam jumlah besar
2.
Polidipsia
(rasa haus yang berlebihan)
E.
Pemeriksan Diagnostik
• Tes deprivasi cairan dilakukan dengan
cara menghentikan pemberian cairan selama 8 hingga 12 jam atau sampai terjadi
penurunan berat badan sebesar 3% hingga 5%.
Berat badan pasien harus sering diukur selama pemberian cairan dihentikan. Pngukuran osmolitas plasma dan urin dilakukan pada awal dan akhir test tersebut. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat dan osmolitas urin merupakan tanda khas diabetes insipidus. Penderita diabetes insipidus akan terus mengekskresikan urin dalam jumlah besar dengan berat jenis yang rendah dan akan mengalami penurunan berat badan, kenai.ikan osmolitas serum serta peningkatan kadar natrium serum. Kondisi pasien ini harus sering dipantau selama tes, dan tet tersebut dihentikan jika pasien mengalami takikardia, penurunan berat badan yang ekstrim dan hipotensi.
Berat badan pasien harus sering diukur selama pemberian cairan dihentikan. Pngukuran osmolitas plasma dan urin dilakukan pada awal dan akhir test tersebut. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat dan osmolitas urin merupakan tanda khas diabetes insipidus. Penderita diabetes insipidus akan terus mengekskresikan urin dalam jumlah besar dengan berat jenis yang rendah dan akan mengalami penurunan berat badan, kenai.ikan osmolitas serum serta peningkatan kadar natrium serum. Kondisi pasien ini harus sering dipantau selama tes, dan tet tersebut dihentikan jika pasien mengalami takikardia, penurunan berat badan yang ekstrim dan hipotensi.
• Pengukuran kadar vasopresin plasma yang
dilakukan bersama dengan pengukuran osmolitas plasma serta urin, uji coba
dengan menggunakan desmopresin (vasoppresin sintetik) ; dan pemberian infus
larutan saline hipertonis.
• Pemeriksaan darah yang mengukur
penurunan kadar ADH dengan peningkatan osmolitas plasma dan hipernatremia akan
memungnkan diagnoa kondisi tersebut.
F.
Komplikasi
Adapun
komplikasi dari penyakit diabetes insipidus adalah dehidrasi berat apabila
tidak tersedia air minum dalam jumlah besar dan polioria (banyak mnegeluarkan
urin).
(Elizabet
J.Corwin, 2009)
G.
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penatalaksanaan Medis
1.
Terapi substitusi
•
Desmopresin 10-20 ug
intranasal atau 1-4 ug subkutan
•
Vasopressin dalam aqua 5-10
U sub kutan
•
Lypressin 2-4 unit
intranasal
•
Tannate 5 unit intramuskuler
2.
Terapi Medika Mentosa
• Chlorpropamide
(antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai antiepileptik, psikotropik dan
analgesik spesifik) 200-500 mgr perhari.
• Clofebrate
(obat yang menurunkan kadar kolesterol) 4x500 mgr perhari
• Carbamazepine
(anti deuretik yang berfungsi mengurangi rasa nyeri) 400-600 mgr perhari
3.
Terapi cairan parenteral
4.
Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat
Clorpropamide, clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
5.
Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung
dan diberikan vasopresin (larutan pteresine).
Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang diduga menderita Diabetes Insipidus memerlukan dorongan dan
dukungan pada saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi
cranial. Pasien dengan anggota keluarganya harus dijelaskan tentang perawatan tindak
lanjut dan berbagai tindakan darurat. Kepada pasien juga disarankan untuk
mengenakan tanda pengenal seperti gelan medic alert dan menyimpan obat serta
informasi tentang kelainan ini disetiap saat.
Penggunaan vasopressin harus dilakukan secara hati-hati jika terdapat
penyakit arteri koroner karena tindakan ini menyebabkan vasokonstriksi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes
Insipidus adalah sindrom yang ditandai d engan poliuria dan polidipsi akibat
terganggunya sekresi vasopressin oleh sistem saraf pusat yang dapat disebut
dengan diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan
AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang
dapat disebut dengan diabetes insipidus nefrogenik. Dimanifestasikan dengan
poliuria dan polidipsia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar