CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
Woro
Puspaningrum
111
0711 086
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2011–
2012
Anatomi Sistem
Kardiovaskular
A. Letak
Jantung

Bagian depan dibatasi oleh sternum
dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah
kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke depan
kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga thorax. Apex cordis dapat
diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis medio-clavicular kiri. Batas
cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens, arteri pulmonalis, dan vena cava
superior.
Pada dewasa, rata-rata panjangnya
kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm, dengan berat 300 sampai 400 gram
B.Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi separuh
kanan dan kiri, dan memiliki empat bilik (ruang), bilik bagian atas dan bawah
di kedua belahannya. Bilik-bilik atas, atria (atrium, tunggal) menerima darah
yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel,
yang memompa darah dari jantung. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum,
suatu partisi otot kontinu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi
jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena separuh kanan jantung menerima
dan memompa darah beroksigen rendah sementara sisi kiri jantung menerima dan
memompa darah beroksigen tinggi
a) Atrium Dextra
Dinding atrium dextra tipis,
rata-rata 2 mm. Terletak agak ke depan dibandingkan ventrikel dextra dan atrium
sinistra. Pada bagian antero-superior terdapat lekukan ruang atau kantung
berbentuk daun telinga yang disebut Auricle. Permukaan endokardiumnya tidak
sama. Posterior dan septal licin dan rata. Lateral dan auricle kasar dan
tersusun dari serabut-serabut otot yang berjalan parallel yang disebut Otot
Pectinatus. Atrium Dextra merupakan muara dari vena cava. Pada dinding atrium
dextra terdapat nodus sumber listrik jantung, yaitu Nodus Sino-Atrial. Fungsi
atrium dextra adalah tempat penyimpanan dan penyalur darah dari vena-vena
sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel dextra dan kemudian ke paru-paru.
b) Atrium Sinistra
Terletak postero-superior dari
ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak. Tebal
dinding atrium sinistra 3 mm, sedikit lebih tebal dari pada dinding atrium
dextra. Endocardiumnya licin dan otot pectinatus hanya ada pada auricle. Atrium
kiri menerima darah yang sduah dioksigenasi dari 4 vena pumonalis yang bermuara
pada dinding postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena
dextra sinistra. Antara vena pulmonalis dan atrium sinistra tidak terdapat
katup sejati.
c) Ventrikel Dextra
Terletak di ruang paling depan di
dalam rongga thorax, tepat di bawah manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel
kanan berada di kanan depan ventrikel sinistra dan di medial atrium sinistra.
Ventrikel dextra berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, tebal dindingnya
4-5 mm. Bentuk ventrikel kanan seperti ini guna menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria
pulmonalis. Secara fungsional, ventrikel dextra dapat dibagi dalam alur masuk
dan alur keluar. Ruang alur masuk ventrikel dextra (Right Ventricular Inflow
Tract) dibatasi oleh katup tricupidalis, trabekel anterior, dan dinding
inferior ventrikel dextra. Alur keluar ventrikel dextra (Right Ventricular
Outflow Tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding licin, terletak di
bagian superior ventrikel dextra yang disebut Infundibulum atau Conus
Arteriosus. Alur masuk dan keluar ventrikel dextra dipisahkan oleh Krista
Supraventrikularis yang terletak tepat di atas daun anterior katup
tricuspidalis.
d) Ventrikel Sinistra
Berbentuk lonjong seperti telur,
dimana pada bagian ujungnya mengarah ke antero-inferior kiri menjadi Apex
Cordis. Bagian dasar ventrikel tersebut adalah Annulus Mitralis. Tebal dinding
ventrikel sinistra 2-3x lipat tebal dinding ventrikel dextra, sehingga
menempati 75% masa otot jantung seluruhnya. Tebal ventrikel sinistra saat
diastole adalah 8-12 mm. Pada saat kontraksi, tekanan di ventrikel sinistra
meningkat sekitar 5x lebih tinggi daripada tekanan di ventrikel dextra.
Akibatnya jumlah aliran darah dari
ventrikel kiri melalui katup aorta ke dalam aorta akan berkurang.
C. Katub-katub
Jantung
Katup jantung
berfungsi mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung Setiap
katub berespon terhadap perubahan tekanan . Katub-katub terletak sedemikian
rupa, sehingga mereka membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan
tekanan, serupa dengan pintu satu arah. Katub jantung dibagi dalam dua jenis,
yaitu katub atrioventrikuler, dan katub semilunar.
a) Katub Atrioventrikuler
Letaknya antara atrium dan
ventrikel, maka disebut katub atrioventrikular. Katub yang terletak di antara
atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah katub disebut katub
trukuspid (Setiadi, 2007: 169). Terdiri dari tiga otot yang tidak sama, yaitu:
1) Anterior,
yang merupakan paling tebal, dan melekat dari daerah Infundibuler ke arah
kaudal menuju infero-lateral dinding ventrikel dextra.
2) Septal,
Melekat pada kedua bagian septum muskuler maupun membraneus. Sering menutupi
VSD kecil tipe alur keluar.
3) Posterior,
yang merupalan paling kecil, Melekat pada cincin tricuspidalis pada sisi
postero-inferior.
Sedangkan katub yang letaknya di
antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua daun katub disebut katub
mitral (Setiadi, 2007: 169). Terdiri dari dua bagian, yaitu daun katup mitral
anterior dan posterior. Daun katup anterior lebih lebar dan mudah bergerak,
melekat seperti tirai dari basal bentrikel sinistra dan meluas secara diagonal
sehingga membagi ruang aliran menjadi alur masuk dan alur keluar (Aurum, 2007).
b) Katub Semilunar
Disebut semilunar (“bulan separuh”)
karena terdiri dari tiga daun katub, yang masing-masing mirip dengan kantung
mirip bulan separuh (Sherwood, Lauralee, 2007: 262). Katub semilunar memisahkan
ventrikel dengan arteri yang berhubungan. Katub pulmonal terletek pada arteri
pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katub aorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta. Adanya katub semilunar ini memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama
systole ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel (Setiadi,
2007: 170).

Dinding jantung terutama terdiri
dari serat-serat otot jantung yang tersusun secara spiral dan saling
berhubungan melalui diskus interkalatus (Sherwood, Lauralee, 2001: 262).
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu:
1. Perikardium
Lapisan ini merupakan kantung
pembungkus jantung yang letaknya dalam mediastinum minus, posterior terhadap
corpus sterni dan rawan iga kedua sampai dengan iga ke enam.
a. Perikardium viseral (Fibrosum)
bagian kantung yang membatasi pergerakan jantung terikat dibawah sternum
tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar melekat pada sternum
melalui ligamentum sternoperikardial
b. Perikadrium parietal (serosum)
membatasi perikardium fibrosum dengan perikardium serosum disebut epikardium,
mengandung sedikit cariaran yang berfungsi sebagai pelumas. Diantara dua
lapisan jantung ini terdapat lendir yang berfungsi sebagai pelicin untuk
menjaga agar pergesekan antara perikardium tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Pada permukaan posterior jantung perikardium serosum membentuk vena
besar disebut sinus obelegus dan sinus transverses.
2. Miokardium
Lapisan jantung menerima darah dari
arterikoronaria. Arteri koronaria bercabang menjadi arteri desenden anterior
dan 3 arteri sirkumfleks. Arteri koroniaria dekstra memberikan darah untuk
sinoatrialnode, ventrikel kanan, dan permukaan difragma ventrikel kanan. Vena
koronaria mengembalikan darah ke sinus dan bersikulasi langsung kedalam paru”
Susunan otot jantung
a. Atrial, serabut sangat tipis, kurang teratur
dan tersusun dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria sehingga
terliat paling nyata.
b. Ventrikel membenttuk bilik jantung yang
dimulai dari cincin antrioventrikular sampai apex jantung.
c. Antrioventrikular, dinding pemisah antara
atrium dan ventrikel
3. Endokardium
meliputi membran yang mengkilat terdiri atas jaringan
endotel (selaput lendir yang licin. Bagian ini memliki kumpulan otot paralel
yang mengarah kedepan krista.
Mengarah ke aurikula dari ujung
bawah krista terminalis terdapat sebuah lipatan endokardium menonjolan yang
dikenal sebagai valvula vena kava inferir yang terdletak didepan muara vena
inferior meunuju ke sebelah tepi dan disebut fosa ofalis. Dianata atrium kanan
dan ventrikel kanan terdapat hubungan melalui orifisium ortikulker.
E.Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem
saraf otonom. Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom
pada nodus SA. Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang
dapat memodifikasi kecepatan (serta kekuatan) kontraksi, walaupun untuk memulai
kontraksi tidak memerlukan stimulasi saraf. Saraf parasimpatis ke jantung,
yaitu saraf vagus, terutama mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV.
Saraf-saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium, termasuk nodus SA dan
AV, serta banyak mempersarafi ventrikel.
F.Vaskularisasi
Jantung
Pembuluh darah adalah prasarana
jalan bagi aliran darah. Secara garis besar peredaran darah dibedakan menjadi
dua, yaitu peredaran darah besar yaitu dari jantung ke seluruh tubuh, kembali
ke jantung (surkulasi sistemik), dan peredaran darah kecil, yaitu dari jantung
ke paru-paru, kembali ke jantung (sirkulasi pulmonal).
a)Arteri
Suplai darah ke miokardium berasal dari dua arteri koroner besar yang berasal dari aorta tepat di bawah katub aorta. Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, dan arteri koroner kanan memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan.
Suplai darah ke miokardium berasal dari dua arteri koroner besar yang berasal dari aorta tepat di bawah katub aorta. Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, dan arteri koroner kanan memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan.
1.Arteri Koroner Kanan
Berjalan ke sisi kanan jantung,
pada sulkus atrioventrikuler kanan. Pada dasarnya arteri koronarian kanan
memberi makan pada atrium kanan, ventrikel kanan, dan dinding sebelah dalam
dari ventrikel kiri. Bercabang menjadi Arteri Atrium Anterior Dextra (RAAB =
Right Atrial Anterior Branch) dan Arteri Coronaria Descendens Posterior (PDCA =
Posterior Descending Coronary Artery). RAAB memberikan aliran darah untuk Nodus
Sino-Atrial. PDCA memberikan aliran darah untuk Nodus Atrio-Ventrikular
2.Arteri Koroner Kiri
Berjalan di belakang arteria
pulmonalis sebagai arteri coronaria sinistra utama (LMCA = Left Main Coronary
Artery) sepanjang 1-2 cm. Bercabang menjadi Arteri Circumflexa (LCx = Left
Circumflex Artery) dan Arteri Descendens Anterior Sinistra (LAD = Left Anterior
Descendens Artery). LCx berjalan pada Sulcus Atrio-Ventrcular mengelilingi
permukaan posterior jantung. LAD berjalan pada Sulcus Interventricular sampai
ke Apex. Kedua pembuluh darah ini bercabang-cabang dan memberikan lairan darah
diantara kedua sulcus tersebut (Aurum, 2007).
b.Vena
Distrubusi vena koroner sesungguhnya parallel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu (Setiadi, 2007: 181):
Distrubusi vena koroner sesungguhnya parallel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu (Setiadi, 2007: 181):
Vena tabesian, merupakan sistem
terkecil yang menyalurkan sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan
ventrikel kanan. Vena kardiaka anterior, mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke atrium kanan.
Sinus koronarius dan cabangnya,
merupakan sistem vena yang paling besar dan paling penting, berfungsi
menyalurkan pengembalian darah vena miokard ke dalam atrium kanan melalui
ostinum sinus koronaruis yang bermuara di samping vena kava inferior.
Fisiologi dan Fungsi Sistem kardiovaskuler
Secara garis besar fungsi sistem
kardiovaskular:
1.
Alat transportasi O2, CO2, hormon,
zat-zat makanan, sisa metabolisme ke dan dari jaringan tubuh
2.
Pengatur keseimbangan cairan.Darah yang terdapat
di dalam jantung selalu mengalami proses sirkulasi , baik sirkulasi pulmonalis
(sirkulasi paru), sirkulasi sitemik (sirkulasi umum), ataupunsirkulasi porta
hati
A. Sirkulasi
Jantung
1.
Sirkulasi pulmonalis adalah sirkulasi
darah dari ventrikel kanan jantungmasuk ke paru-paru kemudian kembali ke atrium
kiri. Mekanismenya adalah :
Aliran darah dari ventrikel kanan –
katup pulmonalis - arteri pulmonalis - paru- paru - vena pulmonalis – atrium
kiri.Arteri pulmonal mengandung darah yang tidak teroksigenasi, sedangkanvena
pulmonal mengandung darah teroksigenasi. Dalam paru-paru, arteri pulmonalis
membagi lagi menjadi arteri yang lebih kecil, arteriol dan kapiler.Jadi,
ciri-ciri sirkulasi Pulmonal adalah :
1.Hanya
mengalirkan darah ke paru
2.Hanya
berfungsi untuk paru3.Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
4.Hanya
sedikit mengalami tahanan
5.Kolom
hidrostatik pendek.
2.
Sirkulasi sistemik

1.
Mengalirkan darah ke berbagi organ
2.
Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
3.
Memerlukan tekanan permulaan yang besar
3.
Sirkulasi Porta Hati
Sirkulasi
porta hati merupakan sirkulasi darah dari kapiler atau organ pencernaan yang
mengalami proses penyaringan toksin di dalam hati/hepar sebelum masuk kembali
ke jantung. Mekanismenya adalah : aliran darah darikapiler/ organ digestif –
vena porta hepatica – proses penyaringan – kapiler hati(sinusoid) – vena cava
superior/inferior – atrium kanan.Pada keadaan normal, jumlah darah yang dipompa
oleh jantung sesuaidengan jumlah darah yang masuk kembali ke jantung, yaitu
sebesar 5 liter/menitdan dapat meningkat saat melakukan olahraga berat sampai
dengan 25-25liter/menit.
B. Sistem Pengaturan Jantung
Sistem
Konduksi Jantung
a.
Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar
impuls dengan kecepatan li
b.
Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus
yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaanvena
cava superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehinggadisebut
pemacu kontraksi jantung.
c.
Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan
detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadikontraksi
ventrikular.d.Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septum
interventrikular menuju ventrikel.
C. Siklus Jantung

Peristiwa
mekanik dalam siklus jantung :
a.selama
masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama- sama
rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
(1)atrium
secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cavasuperior dan
inferior, vena pulmonar).
(2)darah
mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yangterbuka.
(3)Tekanan
ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang
masuk.
(4)Katup
semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh
lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel
(5)Sekitar
75% pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial
b.Akhir diastole ventrikular, nodus S-A
melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium
mendorong tambahan darah sebanyak 25% ke dalam ventrikel.
c.Sistole
ventrikular, aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat danmendorong katup A-V untuk
segera menutup.
d.Pengeluaran
darah ventrikular ke dalam aorta
(1) Tidak semua darah ventrikular
dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir
sistole adalah sekitar 50 ml.
(2) Isi sekuncup (70 ml) adalah
perbedaan volume diastole akhir (120 ml) danv olume sistole akhir (50 ml)
e.Diastole ventrikular
(1)
Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta sehingga katup semilunar
menutup (bunyi jantung kedua).
(2)
Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar
aorta.
(3)
Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasiisovolumetrik
karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanandalam ventrikel
menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium,
katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali.
D. Bunyi jantung
Bunyi jantung secara tradisional
digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar melalui stetoskop. “Lup” mengacu
pada saat katup A-V menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar
menutup. Ada beberapa macam bunyi jantung, yaitu :
S1 (lub)terjadi saat penutupan katup
A-V karena vibrasi pada dinding ventrikel dan arteri; dimulai pada awal
kontraksi/ sistol ventrikel ketika tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium
S2 (dup)terjadi saat penutupan katup
semilunar; dimulai pada awal relaksasi/diastol ventrikel akibat tekanan
ventrikel kiri dan kanan lebih rendah daritekanan di aorta dan arteri pulmonal.
S3 disebabkan oleh vibrasi dinding
ventrikel karena darah masuk ke ventrikel secara tiba-tiba pada saat pembukaan
A-V, pada akhir pengisian cepat ventrikel. S3 sering terdengar pada anak dengan
dinding toraks yang tipis atau penderita gagal ventrikel.
S4 terjadi akibat osilasi darah dan
rongga jantung yang ditimbulkan oleh kontraksi atrium. Bunyi jantung ini jarang
terjadi pada individu normal.
Murmur adalah kelainan bunyi jantung
atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah.
Bunyi ini muncul karena defek padakatup seperti penyempitan (stenosis) yang
menghambat aliran darah ke depan,atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan
aliran balik darah.
E. Frekuensi jantung
Frekuensi jantung normal berkisar antara
60 sampai 100 denyut per menit,dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit.
Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik :
sistole 0,5 detik dan diastole 0,3 detik.Peningkatan frekuensi jantung sampai
melebihi 100 denyut per menitdisebut takikardia. Sedangkan penurunan frekuensi
jantung yang kurang dari60 denyut per menit disebut brakikardia.
Pengaturan Frekuensi Jantung
a. Impuls
eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan
saraf otonom:
1.Pusat refleks kardioakselerator adalah
sekelompok neuron dalam medullaoblongata.
(a) Efek impuls neuron ini adalah untuk
meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut simpatis
dalam saraf jantung menuju jantung.
(b) Ujung serabut saraf mensekresi
neropineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A,
mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan
meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.
2.Pusat refleks kardioinhibitor juga
terdapat dalam medulla oblongata.
(a) efek impuls dari neuron ini adalah
untuk mengurangi frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalams araf vagus.
(b) ujung serabut saraf mensekresi
asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A dan
memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-A.
3.Frekuensi jantung dalam kurun waktu
tertentu ditentukan melalui keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari
saraf simpatis dan parasimpatis.
b. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat
kendali jantung berasal darireseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam
sistem kardiovaskular.
1.Presoreseptor dalam arteri karotis dan
aorta sensitive terhadap perubahantekanan darah.
(a) peningkatan tekanan darah akan
mengakibatkan suaturefleks yang memperlambat frekuensi jantung.
(b) penurunan tekanan darah akan
mengakibatkan suaturefleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar
melalui pusat medular.
2.Proreseptor dalam vena cava
sensitif terhadap penurunan tekanan darah.Jika tekanan darah menurun, akan
terjadi suatu refleks peningkatanfrekuensi jantung untuk mempertahankan tekanan
darah
c.Pengaruh lain pada frekuensi jantung
1.frekuensi
jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti
reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau olehinput emosional
dari sistem saraf pusat.
2.fungsi
jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit sepertikalsium, kalium,
dan natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau
berkurang.
F. Curah Jantung
Curah
jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit.
Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit.Volumenya kurang lebih
5 L per menit pada laki-laki berbadan sedang dankurang 20 % pada perempuan.
·
Perhitungan curah jantung
Curah
jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup
·
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
curah jantung
(1)
aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit, padaatlit yang
sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantungadalah kemampuan
jantung untuk memperbesar curahnya.
(2)
Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan outputdengan input-nya
berdasarkan alasan berikut:
a.peningkatan
aliran balik vena akan meningkatkan volumeakhir diastolic b.peningkatan volume
diastolic akhir, akan mengembangkan serabut miokardial ventrikel
c.semakin
banyak serabut otot jantung yang mengembang pada permulaan konstraksi (dalam
batasan fisiologis), semakin banyak isiventrikel, sehingga daya konstraksi
semakin besar. Hal ini disebuthukum Frank-Starling tentang jantung
(3) Faktor yang mendukung aliran balik
vena dan memperbesar curah jantung.pompa otot rangka
a.
Vena muskular memiliki katup-katup, yang memungkinkan darah hanyamengalir
menuju jantung dan mencegah aliran balik. Konstraksi otot-otottungkai membantu
mendorong darah ke arah jantung melawan gayagravitasi.
b.Pernafasan.
Selama inspirasi, peningkatan tekanan negatif dalam rongga toraksmenghisap
udara ke dalam paru-paru dan darah vena ke atrium.
c.Reservoir
vena.Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan dalam limpa,
hati,dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung turun.d.Gaya
gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena.
(4) Faktor-faktor yang mengurangi aliran
balik vena dan mempengaruhi curah jantung:
a.perubahan
posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak,memindahkan darah dari
sirkulasi pulmonary ke vena-vena tungkai.Peningkatan refleks pada frekuensi
jantung dan tekanan darah dapatmengatasi pengurangan aliran balik vena.
b.Tekanan
rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi danvolume darah rendah)
mengakibatkan pengurangan aliran balik venadan curah jantung.
c.Tekanan
darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary memaksa ventrikel
bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darahmelawan tahanan. Semakin besar
tahanan yang harus dihadapi ventrikel
yang berkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya.
(5)
Pengaruh tambahan pada curah jantung:
a.Hormone
medular adrenal.Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi
jantung dan daya kontraksi sehingga curah jantung meningkat.
b.Ion Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium
dalam darah serta cairaninterstisial mempengaruhi frekuensi dan curah
jantungnya.c.Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah
jantungnya.d.Penyakit kardiovaskular.
CHF
(GAGAL JANTUNG / CONGESTIF HEART FAILURE )
A.
Pengertian CHF (CONGESTIF HEART FAILURE)
Gagal jantung sering disebut juga gagal
jantung kongestif (CHF)
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme
yang mendasar tentang gagal jantung termasuk
kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung
kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis,
hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung.
Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal
jantung. Peningkatan laju metabolic (misalnya: demam, koma, tiroktoksikosis),
hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen.

B.
Etiologi
Penyebab
CHF ada beberapa factor yang sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas pada jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung meliputi:
·
Penyakit arterosklerosis koroner yang
mengakibatkan disfungsi pada miokardium karena terganggunya aliran darah pada
otot jantung.
·
Hipertensi sistemik/ pulmonal yang
mengakibatkan meningkatnya beban kerja jantung yang akhirnya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung.
·
Peradangan dan penyakitMiokardium
degenaratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara tidak
langsung merusak serabut otot jantung dan menyebabkan kontraksi menurun.
·
Penyakit jantung lain, yang sebenarnya
tidak ada secara langsung mempengaruhi jantung, mekanisme yang terlibat mencakup
gangguan aliran darah melalui jantung misalnya stenosis katub semiluner,
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah misalnya tamponade pericardium,
perikarditis kontriktif dan stenosis katub AV, peningkatan mendadak afterload
akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi “maligna”) dapat
menyebabkan gagal jantung tidak ada hipertropi miokardial.
·
Factor sistemik, yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung seperti meningkatnya laju metabolisme
(misalnya demam, tirotoksikosis) hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan
abnormalitas plektrolit dapat menurunkankontraktilitas jantung.
·
Gangguan kontraktilitas (miokard infark/
miopati) yang mengganggufungsi miokard karena menyebabkan pengurangan
kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding abnormal dan mengubah daya
kembangruang jantung tersebut yang akhirnya menyebabkan penurunan curah
jantung.
·
Gangguan Afterload (Stenosis Aorta/
Hipertensi Sistemik) stenosis menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri
keaorta pada waktu sistolik ventrikel, yang menyebabkan beban ventrikel
meningkat dan akibatnya ventrikel kiri hipertropi yang mengurangi daya renggang
dinding ventrikel dan dinding relative menjadi kaku dan pada akhirnya dapat
mengurangi volume sekuncup dan menyebabkan gagal jantung, katub AV, peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanana darah sistemik dapat
menyebabkan gagal jantung tidak ada hipotrofi miokardial.
Gagal jantung ada dua yaitu gagal jantug
kanan dan gagal jantung kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat
mengalami kegagalan terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului
gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri sinonim dengan edem paru akut.
1. GAGAL JANTUNG KIRI :
Ventrikel
kiri tidak mampu memompa darah dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan
sirkulasi paru mengakibatkan cairan terdorong kejaringan paru. Tandanya :
(dispnu, batuk, mudah lelah, tachikardi,
bunyi jantung S3, cemas, gelisah). Dispnu
karena enimbunan cairan dalam alveoli, ini bias terjadi saat istirahat /
aktivitas.
Ortopnu
: kesulitan bernafas saat berbaring,
biasanya yg terjadi malam hari (paroximal nocturnal dispnu / PND)
Batuk
: kering / produktif, yang sering adalah batuk basah disertai bercak darah
Mudah
lelah : akibat curah jantung < menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga meningkatnya
energi yg digunakan.
Gelisah
dan cemas : akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas.
2.
GAGAL JANTUNG KANAN
Sisi
jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan adekuat
sehingga dapat mengakomodasi darah secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang nampak adalah : edema ekstremitas (pitting edema),
penambahan BB, hepatomegali, distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
dalam rongga peritoneum), anoreksia, mual, muntah, nokturia dan lemah.
Edema
; mulai dari kaki dan tumit, bertahap keatas tungkai dan paha akhirnya
kegenalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
Pitting
edema : edem dg penekanan ujung jari
Hepatomegali
: nyeri tekan pada kanan atasabdomen karena pembesaran vena dihepar.
Asites
: pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan tekanan pada
diafragma dan distress pernafasan.
Anoreksia dan mual : terjadi karena desakan vena dan
stasis vena dalam rongga abdomen
Nokturia : ingin kencing malam hari
terjadi karena ferfusi renal didukung oleh posisi penderita saat berbaring.
Diuresis terbaik pada malam hari karena curah jantung akan membaik dg
istirahat.
Lemah : karena menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yg tidak adekuat
dari jaringan.
KLASIFIKASI CONGESTIF
HEART FAILURE (CHF)
Klasifikasi Gagal Jantung Secara Umum
1)
Gagal jantung Akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari
gejala atau tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan
atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa
disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik, keadaan irama jantung yang abnormal atau
ketidakseimbangan dari pre-load atau after-load, seringkali memerlukan
pengobatan segera. Gagal jantung akut dapat berupa serangan baru tanpa ada
kelainan jantung sebelumnya atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronis.
(Cokat, 2008)
Pada gagal jantung akut ini dapat pula diklasifikasikan lagi
baik dari gejala klinis dan foto thorax (Killip), klinis dan karakteristik
hemodinamik (Forrester) atau berdasarkan sirkulasi perifer dan auskultasi paru.
Dapat pula dibagi berdasarkan dominasi gagal jantung kanan atau kiri yaitu
Forward (kiri dan kanan (AHF), Left heart backward failure (yang dominan gagal jantung
kiri), dan Right heart backward failure (berhubungan dengan disfungsi paru dan
jantung sebelah kanan). (Cokat, 2008)
2)
Gagal jantung kronik
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik
yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik
dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi
jantung dalam keadaan istirahat. (Cokat, 2008)
Klasifikasi Gagal Jantung
Menurut New York Heart Association (NYHA)
·
NYHA kelas I, para penderita penyakit jantung tanpa
pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit
jantung seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar, apabila mereka
melakukan kegiatan biasa.
·
NYHA kelas II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam
kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi
kegiatan fisik yang biasa menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung
seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri dada.
·
NYHA kelas III, penderita penyakit jantung dengan banyak
pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat,
akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di atas.
·
NYHA kelas IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik
apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan
kegiatan fisik meskipun sangat ringan. (Merdikoputro, 2004)
Klasifikasi stadium berdasarkan American College of
Cardiology and the American Heart Association:
·
Tahap A
Mempunyai risiko tinggi terhadap
perkembangan gagal jantung tetapi tidak menunjukkan struktur abnormal dari
jantung .
·
Tahap B
Adanya stuktur yang abnormal pada
jantung pasien tetapi tidak bergejala.
·
Tahap C
Adanya struktural yang abnormal dari
pasien dengan gejala awal gagal jantung.
·
Tahap D
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal
jantung sulit diterapi dengan pengobatan standar. (Cokat, 2008)
Gagal
jantung ada dua yaitu gagal jantug kanan dan gagal jantung kiri,
ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat mengalami kegagalan terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel
kiri sinonim dengan edem paru akut.
1.
GAGAL JANTUNG KIRI :
Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah dari paru sehingga terjadi
peningkatan tekanan sirkulasi paru mengakibatkan cairan terdorong kejaringan
paru. Tandanya : (dispnu, batuk, mudah lelah, tachikardi, bunyi
jantung S3, cemas, gelisah).
-
Dispnu karena enimbunan cairan dalam alveoli, ini bias
terjadi saat istirahat / aktivitas.
-
Ortopnu : kesulitan bernafas saat berbaring, biasanya yg
terjadi malam hari (paroximal nocturnal dispnu / PND)
-
Batuk : kering / produktif, yang sering adalah batuk basah
disertai bercak darah
-
Mudah lelah : akibat curah jantung < menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga meningkatnya energi yg digunakan.
-
Gelisah dan cemas : akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas.
2.
GAGAL JANTUNG KANAN
Sisi jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan
adekuat sehingga dapat mengakomodasi darah secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang nampak adalah : edema ekstremitas (pitting
edema), penambahan BB, hepatomegali, distensi vena leher, asites (penimbunan
cairan dalam rongga peritoneum), anoreksia, mual, muntah, nokturia dan lemah.
-
Edema ; mulai dari kaki dan tumit, bertahap keatas tungkai dan
paha akhirnya kegenalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
-
Pitting edema : edem dg penekanan ujung jari
-
Hepatomegali : nyeri tekan pada kanan atasabdomen karena
pembesaran vena dihepar.
-
Asites : pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat
mengakibatkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
-
Anoreksia dan mual : terjadi
karena desakan vena dan stasis vena dalam rongga abdomen
-
Nokturia : ingin kencing malam hari terjadi karena ferfusi
renal didukung oleh posisi penderita saat berbaring. Diuresis terbaik pada
malam hari karena curah jantung akan membaik dg istirahat.
-
Lemah : karena menurunnya curah jantung, gangguan
sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yg tidak adekuat dari
jaringan.
PATOFISIOLOGI CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
Gagal
jantung kongestif ( congestive heart failure, CHF) terjadi bila jantung tidak
dapat memompa darah kembali ke sisi kanan jantung atau memberikan sirkulasi
sistemik yang adekuat umtuk memenuhi kebutuhan organ-organ dan jaringan dalam
tubuh. Komponen CHF yang mencangkup volume preload dan volume sirkulasi,
afterload, dan kontraktilitas.
Disfungsi
miokard, beban tekanan berlebihan, beban sistolik berlebihan, dan peningkatan
kebutuhan metabolisme menyebabkan beban jantung meningkat akibat penurunan
kontraktilitas jantung yang berpengaruh pada hambatan pengosongan ventrikel dan
penurunan Cardiac output. Beban jantung meningkat menyebabkan kegagalan jantung
ventrikel kanan dan kiri.
Pada
kegagalan jantung kiri terdapat forward failure dan backward failure. Forward
failure menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan
sehingga metabolisme menjadi anaerob dan penurunan ATP sehingga tubuh menjadi
lemah, lesu, dan pusing. Selain itu dapat terjadi ketidaksdaran (sinkop). Pada
ginajl juga mengalami kekurangan suplai darah yang merangsang RAA (renin
Angiotensin Aldosteron) yang mempengaruhi peningkatan Aldosteron dan merangsang
peningkatan ADH yang menyebabkna retensi Natrium dan H2O yang menyebabkan
penumpukan cairan pada ekstremitas bawah shinga menjadi edema.
Pada
backward failure menyebabkan peningkatan volume akhir diastolik yang
mempengaruhi peningkatan tekanan pulmonalis dan kapiler pada paru yang
menimbulkan edema paru sehingga terjadi penumpukan secret dan terganggunya
pertukaran gas. Selain itu peningkatan beban ventrikel kanan menyebabkan
hipertropi ventrikel kanan yang mengakibatkan kegagalan jantung kanan. Akhirnya
berpengaruh pada tekanan diastole dan bendungan atrium kanan yang menyebabkan
aliran darah pada vena sistemik yang membawa oksigen kembali ke organ hepar dan
lien melalui vena porta hepativa, karena peningkatan tekanan sehingga terjadi
splenomegali dan hepatomegali yang mendesak diafragma sehingga terjadi sesak
napas.
Volume
sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga
faktor :
1. Preload :
jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas:
mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan b/d
perubahan panjang regangan serabut jantung
3. Afterload :
mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yg harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yg ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Gambar
1. Disfungsi Ventrikel
Diagnosa Keperawatan yang
Mungkin Muncul
- Tidak efektifnya jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan secret pada paru
- Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas adanya hepatomegali dan splenomegali
- Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolumia
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemia pada miocard
- Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark
- Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan extra selular berhubungan dengan penurunan perfusi organ ( renal ), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Ekokardiografi
•
Fraksi ejeksi dancurah jantung
•
Abnormalitas
gerakan ventrikel kiri
•
Hipertrofi kardiomiopati
•
Fraksi ejeksi kuranng dari 50 %
2.
Sonogram
•
Adanya pembesaran
dimensi ventrikel kiri.
•
Perubahan fungsi atau struktur katup
•
Penurunan kontraktilitas ventrikular
3. Scan Jantung
•
Memperkirakan pergerakan dinding jantung
•
Penurunan kontraktilitas ventrikular
4.
Kataerisasi
Jantung
•
Penurunan kontraktilitas ventrikular
•
Membedakan gagal jantung kiriatau kanan dan mengkaji
potensiarteri koroner.
5.
Rontgen Dada
•
Kardiomegali,edema paru, efusipleura
•
Penyakitperikardium, PPOK (dicurigai adanya kerusakan
pada ventrikel kanan), kongesti pulmonal
6.
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana gagal jantung telah
mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti : hati, ginja dan lain-lain.
-
AGD;
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
-
Enzim
jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).
-
Elektrolit;
mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
7.
Radiologi
•
Bayangan
hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang
•
Lapangan
paru bercak-bercak karena edema paru
•
Distensi
vena paru
•
Hidrothorak
•
Pembesaran
jantung,cardio-thoragic ratio meningkat
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien
dengan gagal jantung adalah:
a. Dukungan istirahat untuk mengurangi
beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi
kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh
berlebihan dengan terapi diuretic, diet dan istirahat.
1.
Terapi Diuretik
Diuretik akan mengurangi
kongestif pulmonal dan edema perifer. Obat-obat ini berguna mengurangi gejala
volume berlebihan, termasuk ortopnea dan dispnea noktural paroksimal. Diuretik
menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan preload jantung. Ini mengurangi
beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Diuretik juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma sehingga menurunkan tekanan darah. Obat-obat
yangtermasuk golongan ini adalah diuretik tiazid dan loop diuretik (Mycek
et al., 2001).
Kerja diuretik untuk
mengurangi volume cairan ekstrasel dan tekanan pengisian ventrikel tetapi
biasanya tidak menyebabkan pengurangan curah jantung yang penting secara
klinis, terutama pada pasien gagal jantung lanjut yang mengalami peningkatan
tekanan pengisian ventrikel kiri, kecuali jika terjadi natriuresis parah dan
terus menerus yang menyebabkan turunnya volume intravaskular yang cepat (Ooi
dan Colucci, 2008). Diuretik digunakan pada relieve pulmonary dan peripeeral oedema akibat masuknya natrium dan ekskresi klorida dengan
cara menghambat reabsorbsi natrium ditubula renal.
Diuretik menghilangkan retensi natrium pada
CHF dengan menghambat reabsorbsi natrium atau klorida pada sisi
spesifik ditubulus ginjal. Bumetamid, furosemid dan
torsemid bekerja pada tubulus distal ginjal. Diuretik harus dikombinasikan
dengan diet rendah garam (kurang dari 3 gr/hari).
2. Antagonis Aldosteron
Penggunaan spironolakton
sebagai antagonis aldosteron menunjukkan penurunan mortalitas pada pasien
dengan gagal jantung sedang sampai berat. Aldosteron berhubungan dengan
retensiair dan natrium, aktivasi simpatetik, dan penghambatan parasimpatetik.
Hal tersebut merupakanefek yang merugikan pada pasien dengan gagal jatung. Spironolakton
meniadakan efek tersebutdengan penghambatan langsung aktifitas aldosteron
(Walker et al., 2003)
3. Obat-obat
inotropik
Obat-obat inotropik
positif meningkatkan kontraksi otot jantung dan meningkatkan curah jantung.
Meskipun obat-obat ini bekerja melalui mekanisme yang berbeda dalam tiap kasus
kerjainotropik adalah akibat peningkatan konsentrasi kalsium sitoplasma yang
memacu kontraksi otot jantung (Mycek et al., 2001).
4. Digitalis
Obat-obat golongan digitalis
ini memiliki berbagai mekanisme kerja diantaranya pengaturan konsentrasi
kalsium sitosol. Hal ini menyebabkan terjadinya hambatan pada aktivasi pompa proton
yang dapat menimbulkan peningkatan konsentrasi natrium intrasel, sehingga menyebabkan
terjadinya transport kalsium kedalam sel melalui mekanisme pertukaran
kalsiumnatrium. Kadar kalsium intrasel yang meningkat itu menyebabkan
peningkatan kekuatankontraksi sistolik.
Digoksin
merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme
kerja digoksin melalui 2 cara, yaitu efek langsung dan tidak langsung. Efek
langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik
positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPase
dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke intrasel. Efek tidak langsung
yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas
jantung terhadap neurotransmiter. Efek elektro fisologi dapat memperlambat
konduksi melalui nodus AV, dan pada dosis toksik dapat menyebabkan aritma
atrium dan ventrikel.
5. Vasodilator
Gangguan fungsi
kontraksi jantung pada gagal jantung kongestif, diperberat
oleh peningkatan kompensasi pada preload (volume darah
yang mengisi ventrikel selama diastole) dan afterload (tekanan yang
harus diatasi jantung ketika memompa darah ke sistem arteriol). Vasodilatasi
berguna untuk mengurangi preload dan afterload ] yang
berlebihan, dilatasi pembuluh darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung
dengan meningkatkankapasitas vena, dilator arterial menurunkan resistensi
arteriol sistemik dan menurunkan afterload. Obat-obat yang berfungsi
sebagai vasodilator antara lain captopril, isosorbid dinitrat, hidralazin
6. Inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (Inhibitor
ACE)
Obat-obat ini menghambat
enzim yang berasal dari angiotensin I membentuk vasokonstriktor kuat
angiotensin II. Inhibitor ACE mengurangi kadar angiotensin II dalam sirkulasi
dan jugamengurangi sekresi aldosteron, sehingga menyebabkan penurunan sekresi
natrium dan air.Inhibitor ACE dapat menyebabkan penurunan retensi vaskuler vena
dan tekanan darah,menyebabkan peningkatan curah jantung (Mycek et al .,
2001).
Pengobatan ini sangat
menurunkan morbiditas dan mortalitas. Penggunaan inhibitor ACE awal diutamakan
untuk mengobati pasien gagal ventrikel kiri untuk semua tingkatan, denganatau
tanpa gejala dan terapi harus dimulai segera setelah 10 infark miokard. Terapi
dengan obatgolongan ini memerlukan monitoring yang teliti karena berpotensi
hipotensi simptomatik.Inhibitor ACE ini tidak boleh digunakan pada wanita
hamil. Obat-obat yang termasuk dalamgolongan inhibitor enzim pengkonversi
angiotensin ini adalah kaptopril, enalapril, lisinopril, danquinapril
(Mycek et al ., 2001)
7. Angiotensi II receptor
Antagonists
Pasien yang mengalami
batuk pada penggunaan ACE
Inhibitor,dapat
digunakan angiotensin II receptor Antagonists seperti losartan
dosis 25-50 mg/hari sebagai alternatif. Losartan efektif menurunkan
mortalitas dan menghilangkan gejala pada pasien dengan gagal jantung
(Walker et al ., 2003)
8. Relaksan otot polos langsung
Dilatasi pembuluh vena
langsung meyebabakan penurunan preload jantung dengan meningkatkan kapasitas
vena, dilator arterial mengurangi resistensi system arteriol dan menurunkan
afterload. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah hidralazin, isosorbid, minoksidil,
dan natrium
9. Antagonis Reseptor - Adrenergik
Antagonis reseptor
-adrenergik yang paling umum adalah metoprolol, suatu antagonis reseptor yang
selektif terhadap 1- adrenergik mampu memperbaiki gejala, toleransi kerja
fisik serta beberapa fungsi ventrikel selama beberapa bulan pada pasien
gagal jantung karena pembesaran kardiomiopati idiopati (Gilman, 2003)
10. Diet dan aktivitas
Pasien
– pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium atau 5 gr garam). Pada gagal jantung
berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan
peningkatan aktifitas secara teratur.
Ø Asuhan
Keperawatan Bagi Pasien CHF
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. Dora
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin :
Wanita
II. Riwayat penyakit sekarang
Alasan
utama masuk RS :
Klien mengeluh
sesak nafas.
Keluhan
utama :
Pasien
mengeluh sesak sudah beberapa hari dan makin sesak jika dibawa beraktifitas dan
sering terbangun malam-malam karena sesak pada saat terbaring. Pasien juga
mengatakan mudah lelah meskipun beraktifitas ringan.
III. Riwayat penyakit dahulu
Sekitar 5 tahun
yang lalu klien menderita penyakit jantung koroner
Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Nafas cepat 28
x/menit, Nadi 112x/menit, TD: 130/90 mmHg
2. Thoraks
Paru
Gerakan
simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan,
rhonchi +/-, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan simitris.
3. Ekstremitas
Edema
ekstremitas bawah 2+
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Curah jantung menurun b.d perubahan
kontraktilitas miokardial
2.
Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan
membran kapiler alveolus
3.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
penumpukan cairan pada alveoli
4.
Pola nafas tidak efektif b.d cemas,
menrununya compliance paru
5.
Gangguan keseimbangan cairan b.d
menurunnya laju filtrasi glomerolus
6.
Resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit b.d edema, penurunan perfusi jaringan
7.
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d menurunnya intake yang disebabkan mual, muntah, sesak
8.
Gangguan rasa nyaman b.d stimulasi pusat
muntah krn kongesti vaskuler atau efek samping dari terapi digitalis
9.
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dgn aktivitas
10.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
b.d kurang pemahaman/kesalahan persepsi ttg hubungan dgn fungsi jantung
C. Intervensi Keperawatan
1.
Curah jantung menurun b.d perubahan
kontraktilitas miokardial
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Auskultasi
nadi apical; kaji frekuensi, irama jantung; (dokumentasikan disritmia bila
tersedia telemetri)
|
Biasanya
terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi,
penurunan kontraktilitas ventrikuler. KAP, PAT, MAT, PVC, dan AF disritmia
umum berkenaan dengan GJK meskipun lainnya juga terjadi.
Catatan:
disritmia ventrikuler yang tidak responsive terhadap obat diduga aneurisme
ventrikuler.
|
Catat
bunyi jantung
|
S1
dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan
S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi. Murmur
dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.
|
Palpasi
nadi perifer
|
Penurunan
curah jantrung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis
pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuik
dipalpasi. Dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin
ada.
|
Pantau
TD
|
Pada
GJK dini, sedang kronis TD dapat meningkat sehubungan dengan SVR. Pada HCF
lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hiopotensi tak dapat normal
lagi.
|
Kaji
kulit terhadap pucat dan sianosis
|
Pucat
menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya
curah jantung, vasokonstriksi, dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai
refraktori GJK Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena
penungkatan kongesti vena.
|
Pantau
haluaran urine, catat penurunan haliaran dan kepekatan/ konsentrasi urine
|
Ginjal
berespon untuk menurunkan curah jantung dengan ,menahan cairan dan natriium.
Haluan urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan carian ke
jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah
kembali ke sirkulasi bia pasien tertidur.
|
Berikan
istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan
fisik sesuai indikasi.
|
Istirahat
fisik harus dipertahankan selama GJK akut atau refraktorui untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebuituhan/konsumsi oksigen
miokard dan kerja berlebihan.
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
|
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
|
Berikan
obat sesuai indikasi:
Diuretik.
Cont: furosemid (Lasix); asam etakrinik (Edecrin); bumeranid (Bumex);
spironolakton (Aldakton);
Vasodilator,
cont nitrat (nitro-dur, isodril); arteriodilator, cont hidralazin
(Apresoline); kombinasi obat, cont prazosin (minippres);
Digoksin
(Lanoxin)
Captopril
(Capoten); lisinopril (prinivil); enalapril (Vasotec);
Morvin
sulfat;
Tranquilizer/sedative;
Antikoagulan,
cont heparin dosis redndah, warfarin (Coumadin).
|
Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.
Tipe dan dosis diuretic tergantung pada derajat
gagal jantung dan status fungsi ginjal. Penurunan preload paling banyak digunakan
dalam mengobati pasien dengan curah jantung relative normal ditambah dengan
gejala kongesti. Diuretic blok
reabsorpsi diuretic. Sehingga mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air.
Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah
jantung, menurunkan volume sirkulasi (vasodilator) dan tahanan vaskuler
sistemik (arteriodilator), juga kerja ventrikel.
Meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan
memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama
periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi/curah
jantung.
Inhibitor ACE dapat digunakan untuk mengontrol
gagal jantung dengan menghambat konversi angiotensin dalam paru dan
menurunkan vasokonstriksi, SVR, dan TD.
Penurunan tahanan vaskuler dan aliran balik vena
menurunkan kerja miokard. Menghilangkan cemas dan mengistirahatkan siklus
umpan balik cemas/pengeluaran katekolamin/cemas.
Meningkatkan istirahat/relaksasi dan menurunkan
kebutuhan oksigen dan kerja miokard.
Catatan: ada ‘on trial’ oral yang analog dengan
amrinon (inocor) agen inotropic positif, disebut milrinon, yang dapat cocok
untuk penggunaan jangka panjang.
Dapat digunakan secara profilaksis untuk mencegah
pembentukan thrombus/emboli pada adanya factor risiko seperti stasis vena,
tirah baring, disritima jantung, dan riwayat episode trombolik sebelumnya.
|
Pemberian
cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi. Hindari carian garam.
|
Karena
adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi
peningkatan volume cairan (preload). Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit
natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard.
|
Pantau/ganti
elektrolit
|
Perpindahan
cairan dan penggunaan diuretic dapat mempengaruhi elektrolit (khususnya
kalium dan klorida) yang mempengaruhi irama jantung dan kontraktilitas.
|
Pantau
seri EKG dan perubahan foto dada
|
Depresi
segmen St dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, meskipun taka da penyakit arteri coroner. Foto dada dapat menunjukkan pembesaran jantung
dan perubahan kongesti pulmonal.
|
Pantau
pemeriksaan laboraturium, contoh BUN, kreatinin.
Pemeriksaan
fungsi hati (AST, LDH).
PT/APTT/
pemeriksaan koagulasi.
|
Peningkatan
BUN/kreatinin menunjukkan hipoperfusi/gagal ginjal.
ST/LDH
dapat meningkat sehubungan dengan kongesti hati dan menunjukkan kebutuhan
untuk obat dengan dosis lebih kecil
yang didetoksikasikan oleh hati.
Mengukur
perubahan pada proses koagulasi atau kefektifan terapi antikoagulan.
|
Siapkan
untuk insersi/mempertahankan alat pacu jantung, bila diindikasikan.
|
Mungkin
perlu untuk memperbaiki bradisritma tak responsive terhadap intervensi obat
yang dapat berlanjut menjadi gagal kongesti/menimbulkan edema paru.
|
2.
Kerusakan pertukaran gas b.d
perubahan membran kapiler alveolus
3.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d penumpukan cairan pada alveoli
4.
Pola nafas tidak efektif b.d cemas,
menrununya compliance paru
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Auskultasi
bunyi nafas,catat kreleks, mengi
|
Menyatakan
adanya kongesti peru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
|
Anjurkan
klien batuk efektif, napas dalam.
|
Membersihkan
jalan napas dan menudahkan aliran oksigen
|
Dorong
perubahan posisi sering.
|
Membantu
mencegah atelaksasi dn pneumonia
|
Pertahankan
duduk dikursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30 derajat,
posisi semi Fowler.
Sokong
tangan dengan bantal
|
Menurunkan
konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan kebutuhan inflamasi parru
maksimal.
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Pantau/gambarkan
seri GDA, nadi oksimetri
|
Hipoksemia
dappat terjadi berat selama edema paru. Perubahan kompensasi biasanya ada
pada GJK kronis
|
Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
|
Meningkatkan
konsentrasi oksigen alveolar,yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia
jaringan
|
berikan
obat sesuai indikasi:
Diuretik
contoh frosemid (lasix)
Brohkodilator
contoh aminofilin
|
Menurunkan
kongesti alveolar,meningkatkan pertukaran gas
Meningkatkan
aliran oksigen dengan medilatsi jalan napas kecil dan mengeluarkan efek
diuterik ringan untuk menurunkan kongesti paru.
|
5.
Gangguan keseimbangan cairan b.d
menurunnya laju filtrasi glomerolus
MANDIRI
|
RASIONAL
|
|
Pantau
haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
|
Haluaran
urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penuiruna
perfusi ginjal. Posisi telentang membantu diuresis; sehingga haluaran urine
dapat ditingkatkan pada malam/selama tirah baring.
|
|
Pantau/hitung
keseimbangan pemasukan dan oengeluaran selama 24 jam.
|
Terapi
diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
|
|
Pertahankan
duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.
|
Posisi
telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
|
|
Buat
jadwal pemasukan cairan, digabung dengan keinginan minum bila mungkin.
Berikan perawatan mulut/es batu sebagai bagian dari kebutuhan cairan.
|
Melibatkan
pasien dengan program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol kerjasama
dalam pembatasan.
|
|
Timbang
berat badan setiap hari
|
Catat
perubahan ada/hilangnya edema sebagai respons terhadap terapi. Peningkatan
2,5 kg menunjukkan kurang lebih 2L cairan. Sebaliknya, diuretic dapat
mengakibatkan cepatnya kehilangan/perpindahan cairan dan kehilangan berat badan.
|
|
Kaji
distensi leher dan pembuluh darah perifer. Lihat area tubuh deopenden untuk
edema dengan/tanpa pitting; catat adanya edema tubuh umum (anasarka).
|
Retensi
cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan
pembentukan edema. Edema perifer mulai pada kaki/mata kali (atau arena
dependen) dan meningkat sebagi kegagalan paling buruk. Edema pitting adalah
gambaran secara umum hanya setelah retensi sedikitnya 5 kg cairan.
Peningkatan kongesti vaskuler (sehubungan dengan gagal jantung kanan) secara
nyata mengakibatkan edema jaringan sistemik.
|
|
Ubah
posisi dengan sering. Tinggikan kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit,
pertahankan tahap kering dan berikan bantakan sesuai indikasi. (Rujuk DK.
Integritas Kulit, kerusakan, resiko tinggi)
|
Pembentukan
edema, sirkulasi melambat, gangguan oemasukan nutrisi dan imobilisasi/tirah
baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi integritas kulit
dan memerlukan intervensi pengawasan ketat/pencegahan.
|
|
Auskiltasi
bunyi nafas, catat penurunan dan/atau bunyi tambahan, contoh krekels, mengi.
Catat adanya peningkatan dyspnea, takipnea, ortopnea, dyspnea noktural
paroksismal, batuk persisten.
|
Kelebihan
volume cairan sering menimbulkan kongesti paru. Gejala edema paru dapat
menunjukkan gagal jantung kiri akut. Gejala pernapasan pada gagal jantung
kanan (dyspnea, batuk, ortopnea) dapat timbul lembat tetapi lebih sulit
membaik.
|
|
Pantau
TD dan CVP (bila ada)
|
Hipertensi
dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya/peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
|
|
Kaji
bising usus, catat keluahan anoreksia, mual, distensi abdomen, konstipasi.
|
Kongesti
visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/instestinal.
|
|
Ukur
lengkar abnomen sesuai indikasi
|
Pada
gagal jantung kanan lanjut,cairan dapat berpindah kedalam area peritoneal, menyebabkan meningkatnya
abnomen (ansites)
|
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Pemberian obat sesuai indikasi
Diuretic
contoh furosemide (lasix);butamende (Bumex)
Tiazid
dengan agen pelawan kalsium. Contoh spironolakton (Aldakton)
Tambahan
kalium contoh K Dur.
|
Meningkatkan
laju alirann urine dan dapat menghambat reabsorpsi natrium/ klorida pada
tubulus ginjal.
Meningkatkan
dieresis tanpa kehilangan kalium berlebihan
Mengganti
kehilangan kalium sebagai efek samping terapi deureti,yang dapat mempengaruhi
fungsi jantung
|
Mempertahankan
cairan/pembatasan natrium sesuai indikasi.
|
Menurunkan
air total tubuh mencegah reakumulasi cairan.
|
6.
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dgn aktivitas
MANDIRI
|
RASIONAL
|
Periksa
tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic, penyekat beta.
|
Hipotensi
ortostatik dapat terjasdi dengan aktibitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
|
Catat
respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritimia,
dyspnea, berkeringat, pucat.
|
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktibitas, dapat menyebabkan
peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
|
Kaji
presipitator/penyebab kelemahan cont pengobatan, nyeri, obat.
|
Kelemahan
adalah efek samping beberapa obat (beta bloker, traquilizer, dan sedative).
Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energy dan menyebabkan
kelemahan.
|
Evaluasi
peningkatan inteloran aktivitas.
|
Dapat
menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
|
KOLABORASI
|
RASIONAL
|
Implementasikan
program rehabilitasi jantung/aktivitas.
|
Peningkatan
bertahap padaaktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfungsi jantung
tidak dapat membaik kembali.
|
Ø Aspek Legal Etik Keperawatan
Etika
berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang
untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum
tindakan tersebut
dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah
secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan
keperawatan yaitu :
1.
Otonomi
(Penentuan Pilihan)
Prinsip otonomi didasarkan pada
keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini
adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek professional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
2.
Benefisiensi
(Do Good)
Benefisiensi berarti hanya
mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
3.
Keadilan
(Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4.
Nonmalefisien(
Do no harm)
Prinsip ini berarti segala tindakan
yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan
psikologik.
5.
Veracity
(Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh
dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
6.
Fidelity
Prinsip ini membutuhkan individu
untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada
komitmennya dan mentapi janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan,
kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7.
Kerahasiaan
(Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan
ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang
terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang
klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dicegah.
8.
Akuntabilitas
(Accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan
fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang
mana tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.
Ke-delapan prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dengan klien yang skabies : apakah otonomi klien
dihargai,bila klien Ny. Dora menginginkan perawatan dilakukan oleh keluarganya,
maka kita izinkan asalakan sebelumnya keluarga klien harus diberikan pengarahan
tentang perawatan klien Apakah keputusan ini mencegah konsekuensi bahaya? Apakah tindakan ini bermanfaat,
untuk siapa; apakah keputusan ini adil dalam pemberian
perawatan, perawat tidak boleh membeda-bedakan klien dari status sosialnya
tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian perawatan untuk klien
tersebut. Untuk alasan moral, hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi.
Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy,
self-determination, perlakuan adil dan integritas diri.
DAFTAR
PUSTAKA
PPNI
klaten 2009 . RSUD DR. Suradji Tirtonegoro klaten .Tlp. 0272326060, email: indartoas@yahoo.co.id (Jam 15.15 wib)
Rokhaeni
Heni, SMIP, CCRN dkk . 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta :
Bidang Pendidikan Dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah
Nasional “Harapan Kita”.
price
silvya A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Dan
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Ronny dkk. 2009.Fisiologi
Kardiovaskuler. Jakarta:EGC
Udjianti W.J. 2010.Keperawatan
Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Barbara C Long, Perawatan Medikal
Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 -
450
Wilson Lorraine M, Patofisiologi
(Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2,
Edisi4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.
Guyton & Hall. Buku Ajar
Anatomi Fisiologi Kedokteran edisi 9,Jakarta:EGC.1420
Doenges,
Marylin E.,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suhaemi, Emi Mimin. 2002. Etika Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Darmawati, Dalami. 2010. Etika keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
ppni-klaten.com/index.php?option=com_content...chf...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar