Minggu, 27 Oktober 2013

SISTEM PERSEPSI SENSORI


MAKALAH BLOK SISTEM PERSEPSI SENSORI




DISUSUN OLEH :
WORO PUSPANINGRUM



FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga sampai saat ini kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas dari mata kuliah SISTEM PERSEPSI SENSORI. Penulisan Makalah ini merupakan tugas bagi Mahasiswa UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA khususnya untuk mahasiswa S1 keperawatan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada Dosen tutor dan rekan – rekan yang telah turut serta memberikan saran maupun kritik yang sangat bermanfaat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami berharap tugas ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.


                                                                                                            Jakarta,      2013

                                                                                                Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optic, dan berkurangnya lapangan pandang.
       Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999).
Polip hidung adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan.

B.     TUJUAN
Tujuan umum
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang asuhan keperawatan pada Glukoma, Katarak, Otitis media purulent, dan Polip hidung.

Tujuan khusus
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara khusus adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang berbagai macam penyakit dari system penginderaan.

C.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
2.      Apa etiologi dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
3.      Apa klasifikasi dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
4.      Apa manifestasi klinis dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
5.      Apa patofisiologi dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
6.      Apa penatalaksanaan dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
7.      Apa pemeriksaan diagnostic dan penunjang dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
8.      Apa komplikasi dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
9.      Apa Asuhan Keperawatan dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?
10.  Apa jurnal dari Glukoma, Katarak, OMP, Polip Hidung?



BAB II
PEMBAHASAN

A.  ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
Seiring dengan berjalannya waktu, seorang ahli mata, Richard Banister tahun 1662 mengemukakan bahwa ternyata ada dua jenis katarak. Yaitu, katarak yang dapat disembuhkan dengan operasi (kelainannya hanya pada lensa mata), dan kedua adalah katarak yang walaupun dioperasi, penglihatan tidak bisa diperbaiki lagi alias mata tetap kabur.
Untuk menetapkan mana yang bisa dioperasi, Banister melakukan perabaan pada bola mata. Yang bola matanya terasa lebih keras dianggap glaukoma, dan tidak bisa diperbaiki/operasi.Baru tahun 1840, Donders menemukan kunci bola mata mengeras itu. Yaitu akibat tekanan bola mata yang meningkat. Bekerja sama dengan Bowman, Donders mengembangkan metode pengukuran tekanan bola mata.

1.    DEFINISI
Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan menyebabkan kerusakan saraf optik. Dapat pula terjadi bahwa tekanan bola mata masih normal akan tetapi tetap terjadi kerusakan syaraf optik yang disebabkan karena syaraf optiknya sendiri yang sudah lemah.
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optic, dan berkurangnya lapangan pandang.
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu gambaran berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan kerena peningkatan tekanan intra okular. Sebagai akibatnya akan terjadigangguan lapang pandang dan kebutaan. Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap awal dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapattidak bergejala karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat terdeteksi secara dini.


Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak, biasanya terjadi pada usia lanjut. Dibeberapa negara 2% penduduk usia diatas 40 tahun menderita Glaukoma, dan di Indonesia Glaukoma sebagai penyebab kebutaan yang tidak dapat dipulihkan. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
Pada kebanyakan kasus, peningkatan tekanan di dalam bola mata menjadi faktor resiko terpenting sebagai penyebab glaukoma. Bila tekanan tersebut melampaui batas toleransi ketahanan sel-sel syaraf optik maka sel-sel tersebut akan mati dan berakibat hilangnya sebagian atau keseluruhan penglihatan.
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata. Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal.

2.    ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okular ini,disebabkan:
1.             Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2.             Hambatan aliran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil (glaukoma hambatan pupil).
3.             Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga
4.             Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata.
5.             Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.
6.             Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat misalnya steroid.

PENYEBAB
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior, melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran.  Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan. 
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata.  Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati.  Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.  Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan. 
Glaukoma merupakan penyakit yang dapat dicegah, akan tetapi bila diketahui dini dan diobati maka glaucoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan lanjutnya.

FAKTOR RESIKO
Selama bertahun-tahun, para ahli telah meneliti tentang karakteristik penderita glaucoma. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dikenali berbagai hal yang sering dijumpai pada penderita sehingga dianggap sebagai factor risiko. Individu yang memiliki factor tersebut sebaiknya dilakukan pemeriksaan penyaring (screening). Para ahli memperkirakan dari 1000 orang yang memiliki factor risiko ini kurang lebih dari 10 menerita glaucoma.
Factor-faktor risiko terjadinya peningkatan intraokuler dapat dibedakan berdasarkan karakteristik sosiodemografi, penyakit sitemik dan riwayat keluarga.
1.    Karakter sosiodemografi
a.    Usia
Risiko terjadinya glaucoma meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Risiko akan semakin tinggi pada usia lebih dari 40 tahun
b.    Jenis Kelamin
Menurut para ahli yang melakukan penelitian mata di Framingham (The Framingham Eye Study), risiko pria menderita glaucoma 2 kali lebih besar daripada wanita.


c.    Etnis
Etnis afrika disbanding dengan etnis kaukasia pada glaucoma sudut terbuka primer adala 4:1. Glaucoma berpigmen terutama terdapat pada etnis kaukasus.
d.   Warna Kulit
Resiko kulit hitam 7 kali dinbanding kulit putih

2.    Penyakit Sistemik
a.    Miopia/hipermiopia tinggi
Penyakit miopi tinggiberisiko 2-3 kali lebih besar untuk menderitaglaukoma sudut terbuka. Sedangkan hipermiopia tinggi  memperbesar risiko terjadinya glaucoma sudut tertutup.
b.    Diabetes Mellitus
Hubungan antara glaucoma dan diabetes mellitus masih keontroversial. Namun demikaian seseorang yang menderita diabetes disarankan untuk memeriksakan matanya.
c.    Hipertensi
Hipertensi memiliki resiko 6 kali lebih sering. Peningkatan 10 mmHg tekanan darah akan menaikkan tekanan intraokuler sebanyak 0,24-0.40 mmHg.
d.   Migrain
Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi     darah yang buruk).

3.    Riwayat Keluarga
Angka kejadian dengan glaucoma dengan riwayat glaucoma dalam keluarga mencapai 5-19%. Risiko akan meningkat pada individu dimana terdapat saudara yang juga menderita glaucoma. Sedangkan jika orang tua atau anak yang menderita glaokoma , risiko tidak akan terlaulu tinggi.

4.    Faktor lain
a.    Kecelakaan pada mata sebelumnya
b.    Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama.

3.    KLASIFIKASI

Bila merujuk South East Asia Glaucoma Interest Group (http://www.seagig.org), ada berbagai jenis glaukoma yang paling sering menyerang manusia seperti Primary Open Angle Glaucoma (glaukoma sudut terbuka), Acute/chronicclosed angle glaucoma (glaukoma  sudut tertutup), Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dansecondary glaucoma. Antara orang Asia-Afrika dengan orang Eropa berbeda jenis penyakit galukoma yang sering menyerangnya.
1.    Glaukoma Primer
a.    Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b.    Glaukoma Sudut Tertutup (sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schleem. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2.    Glaukoma Sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
a.    Perubahan lensa
b.    Kelainan uvea
c.    Trauma
d.   Bedah

3.    Glaukoma Kongenital
a.  Primer atau infantil
b.  Menyertai kelainan kongenital lainnya

4.    Glaukoma Absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan Lamanya :
1.    Glaukoma Akut
1)   Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
2)   Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata ain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
3)   Faktor predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
4)   Manifestasi klinik
a.    Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
b.    Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
c.    Tajam penglihatan sangat menurun.
d.   Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
e.    Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
f.     Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
g.    Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
h.    Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
i.      Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
j.      Tekanan bola mata sangat tinggi.
k.    Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
5)   Pemeriksaan penunjang
Pengukuran dapat dilakukan dengan tonometri Schiotz dan NCT (Non Contack Tonometri) menunjukkan peningkatan tekanan.  Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
6)   Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Operasi yang dilakukan ada 2 cara yaitu Trabeculectomi dan Crytoterapi. Di evaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2.    Glaukoma Kronik
1)   Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
2)   Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
3)   Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempet, hingga kebutaan permanen.
4)   Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap normal 15-20mmHg dan dianggap patologik diatas 21mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tanggal Rone, atau skotoma busur.
5)   Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur dan continue (pasien harus kontrol tiap kali obat yang diberikan oleh dokter habis, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang, bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, tetapi ditingkatkan. Dianjurkan berolah raga dan minum harus sedikit-sedikit.

4.    PATOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intra okuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung padakeadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanalSchlemm dan keadaan tekanan vena episklera.
Tekanan intra okuler dianggap normal bila < 20mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang disebut oculi dapat dicurigai adanya glaucoma. Bila tekana lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaucoma (tonometer Schiotz).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofisel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan intibagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpussiliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga disebabkan oleh gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optic (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intra okuler. Tekanan intra okuler yang tinggi secara mekanik menekan pupil saraf optic relative lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada saraf optic.                                      

5.    MANINFESTASI KLINIS
1.             Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
2.             Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah
3.             Tajam penglihatan sangat menurun.
4.             Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5.             Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6.             Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7.             Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8.             Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9.             Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10.         Tekanan bola mata sangat tinggi.
11.         Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

6.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Tonometri
Tonometer adalah alat yang mengeksploitasi sifat fisik mata untuk mendapatkantekanan intra okular tanpa perlu mengkanulasi mata. Tekanan intraokuler pada glaukoma ini tidak terlalu tinggi. Menurut Langleyan kawan – kawan pada glaukoma simpleks terdapat 4 tipe variasi diurnal :
Flat type : sepanjang hari sama
Rising type : Puncak terdapat pada malam hari
Double variations : Puncaknya terdapat pada jam 9 pagi dan malamhari
Falling type: Puncak terdapat pada waktu bangun tidur
Nilai dianggap normal 15-20mmHg dan dianggap patologik diatas 21mmHg.

2.    Lapang Pandangan
Untuk menegagkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan penyakitnya, juga bagi menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandang belum menunjukan kelainan, tetapi lapanh pandang sentral sudah menunjukan adanya macam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada di tengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian buta.

3.    Oftalmoskopi
Oftalmoskop sangat berguna untuk menilai keadaan retina, yaitu lapisan mata bagian dalam yang mengandung sel-sel penerima rangsang cahaya
Penggaungan dan atrofi tampak pada papil N. II. Ada yang mengatakan, bahwa pada glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang primer, yang disebabkan oleh insufisiensi vaskular. Sebab menurut penelitian kemunduran fungsinya terus berlanjut, meskipun tekanan intra okulernya telah dinormalisir dengan ota-obatan ataupun dengan operasi. Juga penderitadengan kelainan sistemik seperti diabetes melitus, arteriosklerosis, lebih mudah mendapat kelainan saraf optik akibat kenaikan tekanan intra okuler dari pada yang lain.

4.    Gonioskopi
Gonioskopi adalah tes yang menempatkan lensa kontak yang berisi cermin pada mata Pada glaukoma simpleks sudutnya normal. Cermin itu memungkinkan dokter melihat dari samping mata untuk memeriksa apakah sudut di mana iris bertemu kornea terbuka atau tertutup . Pada stadium yang lanjut, bila setelah timbul goniosinechiae ( perlengketan pinggir iris pada kornea/trakekula ) maka sudut dapat tertutup.


5. Tonografi
Terdapat resistance of outflow (hambatan dari pengeluaran cairan ) hasil pemeriksaan tonografi pada glaukoma simpleks ternyata kurang dari normal dan menjadi kurang lagi, pada keadaan yang lanjut, (C≤0,13 )

6. Tes Provokasi
Tes minum air : Kenaikan tensi 8 – 9 mmHg mencurigakan, 10 mmHg pasti patologis
              Tes steroid : Kenaikan 8 mmHg, menunjukan glaucoma
Pressure congestion test : Kenakan 9 mmHg atau lebih mencurigakan. Sedang bilalebih dari 11 mmHg pasti patologis

7.    KOMPLIKASI
Komplikasi glaukoma pada umunya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan ganguan fungsi lanjut fungsi mata pada kebutaan yaitu :
1.    Kornea terlihat keruh
2.    Bilik mata terlihat dangkal
3.    Papil atrofi dengan eksakavasi(pengganguan) glaukomatosa
4.    Mata keras seperti batu dengan rasa sakit
5.    Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembulu darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neova skularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
6.    Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma.
7.    Glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang mrugikan terutama pada lansia efek ini dapat berupa pemburukan kondisi jantung,pernafasan,neurologis.


8.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal. Penangananya meliputi:
Penatalaksanaan Medis
1.    Glaukoma Primer
a.    Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
b.    Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat.
c.    Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan)
d.   Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma.
e.    Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
f.     Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

2.    Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.

3.    Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.

Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
1.    Terapi Laser
a.    Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
b.    Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
c.    Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.

2.    Terapi Pembedahan
a.    Trabeculectomy
Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.
    
b.   Viscocanalostomy
Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol

9.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMA

DATA DASAR PENGKAJIAN
1.    Anamnesis
a.    Riwayat
-    Riwayat okular : tanda peningkatan TIO, mual, muntah, pandangan kabur, pernah mengalami infeksi, trauma, pembedahan
-    Riwayat kesehatan : menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, keluarga penderita glaukoma, penggunaan obat-obatn jangka lama, antidepresan
-    Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh dari kendaraan
b.  Pengkajian umum :
-    Usia
-    Gejala penyakit sistemik
-    Gejala gastrointestinal : mual, muntah
2.  Pemeriksaan
Pengkajian khusus mata :
a.  Inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, koernea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi dengan cahaya.
b.  Palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain
c.  Pengukuran TIO dengan tonometer, pada keadaan kronik didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut >30 mmHg
d.  Pemeriksaan fisik dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam.
e.   Perimetri menunjukkan adanya penurunan luas lapang pandang
f.   Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

Kasus  kelompok 1
Ny.R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra teerasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dectra dan sinistra, dua bula yang lalu Ny.R menderita kelainan tyroid. Oleh dokter spesialis mata dilakukan pemeriksaan oftalmoscop, tonometri, ukur lapang pandang hasil pemeriksaan ternyata Ny.R menderita glaukoma. Tanda tanda vital saat ini TDA 150/100 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 37oc, pernafasan 20x/menit. Ny.R tidak tahu kenapa dia sampai mengalami glauoma dan mendengar informasi dari orang bahwa glaukoma bisa buta, shingga Ny.R takut mengalami kebutaan.


DATA FOKUS
Nama =  Ny.R
Usia  =  30 tahun

Data Subjektif  (DS)
Data Objektif (DO)
·   Klien mengeluhkan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
·   Klien mengeluhkan penglihatanya kabur meskipun sudah  menggunakan kacamata minus 3.
·    Klien mengatakan 2 bulan yang lalu menderita tyroid.
·   Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia sampai mengalami glaukoma.
·   Klien mengtakan bahwa klien mendengar informasi dari orang” bahwa galukoma bisa buta
·   Klien mengeluhkan takut mengalami kebutaan
·         Kaji TTV:
·         TD: 150/100 mmHg
·         RR: 20 x/menit
·         Suhu: 370C
·         Nadi : 80 x/menit
·         Pemeriksaan oftalmoscop (+)
·         Pemeriksaan tonometri (+)
·         Ukur lapang pandang (+)
·          








ANALISA DATA
No
Data Fokus
Problem
1.
DS =
·   Klien mengeluhkan penglihatanya kabur meskipun sudah  menggunakan kacamata
minus 3.
·   .
DO =
  • Kaji TTV:
    • TD: 150/100 mmHg
    • RR: 20 x/menit
    • Suhu: 370C
    • Nadi : 80 x/menit
  • Pemeriksaan oftalmoscop (+)
  • Pemeriksaan tonometri (+)
  • Ukur lapang pandang (+)

  Gangguan Persepsi Sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam  penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2















DS =
  • Klien mengeluhkan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
  • Klien mengatakan 2 bulan yang lalu menderita tyroid.
  •  
DO =
·         Kaji TTV:
o   TD: 150/100 mmHg
o   RR: 20 x/menit
o   Suhu: 370C
o   Nadi : 80 x/menit
·         Pemeriksaan oftalmoscop (+)
·         Pemeriksaan tonometri (+)
·         Ukur lapang pandang (+)

 Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler












3.







DS =

     Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia sampai mengalami glaukoma.
     Klien mengtakan bahwa klien mendengar informasi dari orang” bahwa galukoma bisa buta
     Klien mengeluhkan takut mengalami kebutaan
DO =
           Kaji TTV:
o          TD: 150/100 mmHg
o          RR: 20 x/menit
o          Suhu: 370C
o          Nadi : 80 x/menit
           Pemeriksaan oftalmoscop (+)
           Pemeriksaan tonometri (+)
           Ukur lapang pandang (+)
Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosis.






4.
DS =
     Klien mengatakan 2 bulan yang lalu menderita tyroid.
  Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia sampai mengalami glaukoma.
   Klien mengtakan bahwa klien mendengar informasi dari orang” bahwa galukoma bisa buta
     Klien mengeluhkan takut mengalami kebutaan
DO =
           Kaji TTV:
o          TD: 150/100 mmHg
o          RR: 20 x/menit
o          Suhu: 370C
o          Nadi : 80 x/menit
           Pemeriksaan oftalmoscop (+)
           Pemeriksaan tonometri (+)
           Ukur lapang pandang (+)

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi atau mispersepsi yang didapat sebelumnya










INTERVENSI
Intervensi
Pre operasi
No
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
1
Gangguan sensori perseptual : penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual

Kriteria Hasil :
·         Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan

·         Klien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan

1)   Kaji ketajaman mata klien
R : mengidentifikasi kemampuan visual klien
b.     2)  Dekati klien dari sisi yang sehat
R : memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa isolasi
c.      3)   Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan
R : memberikan keakuratan penglihatan dan perawatannya
d.     4)   Sesuaikan ligkunagn untuk optimalisasi penglihatan
R : meningkatkan kemampuan persepsi sensori
e.      5)   Kolaborasi dalam pemberian miotik
R : menyebabkan kontriksi pupil, memudahkan keluarnya akuos humor
2
Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang, hilang atau terkontrol

Kriteria Hasil :
1.    
·         Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri

·         Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri

·         Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
A1)  Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
R : nyeri glaukoma umumnya sangat parah
B2)   Jelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
R : penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan, mengangkat benda berat, gerakan kepala tiba-tiba
C3)   Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
R : untuk mencegah peningkatan tio lebih lanjut
D4)  Secara kolaboratif, berikan obat analgetik
R : berfungsi meningkatkan ambang nyeri
E5)   Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
R : menurunkan sensasi nyeri dan memblokir sensari nyeri menuju otak

3
Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosis.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Cemas hilang atau berkurang.

Kriteria Hasil:
  • Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi
  •  Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
  •  Pasien menggunakan sumber secara efektif
1)  Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
2)   Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan     dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan
3)  Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
4)  Identifikasi sumber/orang yang menolong
4
Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi atau mispersepsi yang didapat sebelumnya
1.  Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya
k  Kriteria Hasil:
·         pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
·          Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
·         Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
    1)   Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
b. 2)  Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata
c. 3)    Izinkan pasien mengulang tindakan
    4)    Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata
e.  5)    Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topical


Post Operasi
5
Nyeri b.d insisi pembedahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri berangsur teratasi
NOC :
Pain Level

Kriteria Hasil :
·         Mengenali faktor dan penyebab nyeri
·          Menggunakan metode pencegahan nyeri
·          Mengenali gejala nyeri
NIC :
Pain Management
1.   1)   Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi : lokasi , karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor – faktor presipitasi
2.    2)  Observasi isyarat – isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
3.    3)  Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
4.   4)   Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ex : temperatur ruangan , penyinaran)
5.    5)  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : relaksasi, guided imagery, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas)
 Analgetik Administration
1.  6)   Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
2.    7) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3.     8) Pilih analgetik yang diperlukan / kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu.
4.   9)  Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
6
Resiko infeksi b.d insisi luka post operasi dan imunitas menurun
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan proses keperawatan resiko infeksi dapat teratasi dan luka sembuh sempurna
NOC :
Imune Status

Kriteria Hasil :
·         Pasien bebas dari gejala infeksi
·          Mengetahui proses penularan penyakit
·         Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·          Menunjukan perilaku hidup sehat

NIC :
Infection Protection
1.    1) Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan lokal
2.    2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3.  3)   Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
4.   4)  Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
5.   5) Dorong masukan nutrisi yang cukup
6.    Anjurkan banyak istirahat
7
Cemas keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga mengenai pengobatan dan perawatan luka
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, kecemasan keluarga berkurang dan termotivasi untuk membantu perawatan agar cepat sembuh serta dapat merawat di rumah.
Kriteria Hasil :
·         Keluarga klien mampu mengungkapkan kecemasan
·          Keluarga klien mengungkapkan keinginan belajar ikut merawat klien
·          Keluarga klien memahami tujuan pengobatan dan perawatan klien
·          Keluarga klien mampu melakukan perawatan dirumah.
1.   1)  Bina hubungan saling percaya
2.   2)  Berikan kesempatan keluarga klien untuk mengungkapkan keinginan dan harapan
3.   3)   Pertahankan kondisi senyaman mungkin
4.  4)    Berikan penjelasan mengenai prosedur pengobatan, perawatan
5.   6)   Berikan penjelasan, pelatihan bagaimana perawatan klien dirumah












BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optic, dan berkurangnya lapangan pandang.
         

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ilyas,Sidarta.2004.Ilmu Perawatan Mata. Edisi 3. Sagung Seto. Jakarta

Ilyas,sidarta dkk.2006.Sari Ilmu Penyakit Mata.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Vaughan,Daniel G.dkk.2000.Oftalmologi Umum.edisi 14. Widya Medika. Jakarta

Herman. Tesis . 2009. Prevalensi Akibat KebutaanAkibat Glaukoma Di kabupaten Tapanuli Selatan. Departemen Ilmu kesehatan Mata : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . RSUP H. Adam Malik

Klinik Mata Nusantara. Division of ANJ Health Care. 2008

Cermin Dunia kedokteran. Bedah Mikro. Diterbitkan Oleh : Pusat Penelitian Dan Pengembangan PT. Kalbe Farma

Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI
Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73
Ganong. Wiliam F, 2008, Bukku ajar fisiologi kedokteran Ed. 22. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar