Rabu, 23 Oktober 2013

SISTEM IMUN HEMATOLOGI


MAKALAH BLOK SISTEM HEMATOLOGI
ANEMIA HIPOVOLEMI






OLEH :

WORO PUSPANINGRUM





FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
 2013







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga sampai saat ini kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas dari mata kuliah SISTEM HEMATOLOGI yang kami beri judul: “ANEMIA HIOPOVOLEMI AKUT” . Penulisan Makalah ini merupakan tugas bagi Mahasiswa UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA khususnya untuk mahasiswa S1 keperawatan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada Dosen tutor dan rekan – rekan yang telah turut serta memberikan saran maupun kritik yang sangat bermanfaat dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami berharap tugas ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.



                                                                                                Jakarta,    2013

                                                                     Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
1.2     Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
1.3     metedologi penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.4     ruang lingkup penulisan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
1.5     Sistematika Penulisan      . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN
          2.1     Anatomi dan fisiologi sitem hematologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3   
2.2     Anemia Hipovolemi Akut 
a.       Definisi Anemia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
b.      Jenis-Jenis Anemia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
c.       Etiologi Anemia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
d.      Patofisiologi Anemia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
e.       Tanda-Gejala Anemia. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
f.       Komplikasi Anemia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
g.      Pemeriksaan Penunjang Anemia. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
h.      Penatalaksanaan medis Anemia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11   

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
3.1     Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.2     Diagnosa keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18
3.3     Intervensi keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
BAB IV PENUTUP
          Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
DAFTAR PUSTAKA           























BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
1.2         Tujuan
1.             Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2.             Tujuan Khusus
a.             Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi dan fisiologi sistem imun
b.             Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
c.             Mahasiswa mampu menyebutkan jenis, penyebab, manifestasi klinis, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang, anemia.
d.            Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.
e.             Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.

1.3       Metodologi penulisan
a.         Mengumpulkan dari litelatur dan internet
b.         Berdiskusi dengan teman kelompok dan teman beda kelompok



1.4         Ruang lingkup penulisan
1)             Definisi Anemia
2)             Etiologi Anemia
3)             Tanda-gejala penyakit Anemia
4)             Patofisiologis Anemia
5)             Komplikasi Anemia
6)             Pemeriksaan penunjang Anemia
7)             ASKEP Anemia

1.5         Sistematika Penulisan
BAB I                Pendahuluan berisi Latar Belakang, Tujuan, dan Sisitematika Penulisan.
BAB II              Berisikan isi yaitu definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, ASKEP Anemia
BAB III             Penutup berisi Kesimpulan.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1         ANATOMI DAN FISIOLOGI  SISTEM HEMATOLOGI
Anatomi system hematologi
System hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa.  Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan orang lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri dari 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
1)   Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar  terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
2)   Butir-butir darah (Blood Corpuscles), yang terdiri atas komponen – komponen berikut :
·           Eritrosit : sel darah merah (SDM-red blood cell)
·           Leukosit : sel darah putih (SDP-white blood cell)
·           Trombosit : butir pembekuan darah-platelet
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Struktur Sel Darah Merah
Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membrane dan inti sel. Wrnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria, dan ribosom , serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagi berikut :

1)   Membrane eritrosit
2)   System enzim : enzim G6PD (Glocose 6-Phosphatedehydrogenase)
3)   Hemoglobin, komponen terdiri atas :
·      Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
·      Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk meningkatkan oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung  dengan 1.34 ml oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi/berkaitan dengan oksigen
Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta membawanya ke paru, tempa zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.
Produksi Sel Darah Merah (Eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritrosit pada orang dewasa terjadi dalam sumsum tulang belakang, dimana system eritrosit menepati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Sel eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensiasi  dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah sitem eritrosit, myeloid, dan megakariosibila yang dirangsang oleh eritropoeitin. Sel induk multipotensial akan berdeferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial tidak mampu berdeferensiasi lebih lanjut, sehinggal sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan berdeferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai empat kali fase mitosis. Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dengan sirkulasi. Pada produksi eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (B6), kobal, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1)   Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
2)   Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritoblas asidosis
3)   Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel.
Lama hidup
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini enzim mereka gagal. Membrane sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel system retikulo endothelial
Jumlah eritrosit
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%
Sifat-sifat sel darah merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel sebagai berikut :
1)   Normositik : sel yang ukurannya mormal
2)   Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
3)   Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
4)   Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar
5)   Hipokromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
6)   Hiperkromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak
Dalam keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel darah merah sulit berubah bentuk (kaku), maka sel tersebut tidak dapat bertahan selama peredaran salam sirkulasi
Penghancuran sel darah merah
Proses penghancuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis)
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua komponen sebagi berikut :
a)   Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali
b)   Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu :
·      Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang
·      Bilirubin yang akan disekresikan melalui hati dan empedu
Skema penghancuran eritrosit


 
















Fisiologi system hematologi
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh  darah, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut
1)   Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut :
·      Mengangkut gas karbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke jaringan yang memerlukan
·      Mengangkut sisa-sisa dari hasil metabolism jaringan berupa urea, keratin, dan ampas urat
·      Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh
·      Mengangkut hasil metabolism jaringan
2)   Mengatur keseimbangan cairan tubuh
3)   Mengatur panas tubuh
4)   Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh
5)   Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
6)   Mencegah perdarahan
                                                      
2.2         ANEMIA HYPOVOLEMIK AKUT
a.             Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

b.             Jenis-jenis Anamia
a)             Anemia aplastik merupakan suatu gangguan  yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi.
b)            Anemia defisiensi besi merupakan secara morfologi, keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrostik hypokromik dengan penurunan kuantitatif sintetis hemoglobin. Defesiensi besi merupakan penyebab anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan berusia subur, disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan.
c)             Anemia megaloblastik merupakan (SDM besar) diklasifikasikan secara morfologis sebagai anemia makrostik normokromik.anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat dan mengakibatkan gangguan sintetis DNA, disertai kegagalan maturasi dan pembelahan inti(Guyton, 2001).
d)            Anemia Sel Sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan struktur hemoglobin. Penyakit sel  sabit merupakan gangguan genetik resesif autosomal, yaitu individu memeperoleh hemoglobin sabit (Hb S) dari kedua orang tuanya.
c.              Etiologi
Penyebab tersering dari anemia akut adalah kondisi seperti perdarahan.
Penyebab umum dari anemia akut :
·                Perdarahan hebat Akut (mendadak)
·                Kecelakaan
·                Pembedahan
·                Persalinan
·                Pecah pembuluh darah
·                Perdarahan menstruasi yang sangat banyak







d.   Patofisiologi
Patway Anemia Hypovolemik Akut


 



















e.              Manifestasi klinis
a)             penurunan kinerja fisik
b)             gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku
c)             anorexia (badan kurus kerempeng),
d)            perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
e)             Gangguan  tubuh kembang
f)              gangguan fungsi epitel
g)             berkurangnya keasaman lambung
h)              lemah, letih, lesu, lelah, lalai
i)               sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
j)               kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang
k)             stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah)

f.              Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah).

g.             Pemeriksaan penunjang
a.              Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
b.             Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),peningkatan (AP) . Pansitopenia (aplastik).
c.              Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d.             Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e.              LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
f.              Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
g.             SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
h.             Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
i.               Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges).

h.             Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1)             Transpalasi sel darah merah.
2)             Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3)             Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4)              Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5)              penyebab perdarahan abnormal bila ada
6)             Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1.             Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2.             Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3.             Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4.             Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.           PENGKAJIAN.
1.             Aktifitas / Istirahat
·               Keletihan, kelemahan, malaise umum.
·               Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
·               Toleransi terhadap latihan rendah.
·               Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2.             Sirkulasi
·               Riwayat kehilangan darah kronis,
·               Riwayat endokarditis infektif kronis.
·               Palpitasi.
3.             Integritas ego
·               Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: penolakan tranfusi darah.
4.             Eliminasi
·               Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal.
·               Flatulen, sindrom malabsobsi.
·               Hematemesi, melana.
·               Diare atau konstipasi
5.             Makanan / cairan
·               Nafsu makan menurun
·               Mual/ muntah
·               Berat badan menurun
6.             Nyeri / kenyamanan
·               Lokasi nyeri  terutama di daerah abdomen dan kepala.
7.             Pernapasan
·               Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas

Data Fokus
Data Subjektif
Data Objektif
Pasien mengatakan :
-          Perdarahan hebat terkait dengan anemia hypovolemik
-          Pusing terkait dengan pusing lemas
-          Riwayat kelurga terkait penyakit hematologia
·         TTV :
-          Hb : 5 g/dL
-          Ht : 15%
-          RBC : 2.2x 10¹²/L
-          WBC : 6.1x 109/L
-          Pulse : 110x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 100/60 mmHg
·         Kaji keadaan umum
·         Kondisi luka
·         Kapiler rapid
·         Tingkat kesadaran
·         Konjungtiva
·         Rontgen+ CT Scan
·         McH : 22 pg
·         McHc : 28 g/dL
·         MCV : 60 FL

Analisa data
Data Fokus
Problem
Etiologi
DS : pasien perdarah hebat terkait anemia hypovolemik
DO : 
ü  TTV :
-          Hb : 5 g/dL
-          Ht : 15%
-          RBC : 2.2x 10¹²/L
-          WBC : 6.1x 109/L
-          Pulse : 110x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 100/60 mmHg
ü  Kaji keadaan umum
ü  Kondisi luka
ü  Kapiler rapid
ü  Tingkat kesadaran
ü  Konjungtiva
ü  Rontgen+ CT Scan
ü  McH : 22 pg
ü  McHc : 28 g/dL
ü  MCV : 60 FL


Gangguan syok hypovolemik


Pendarahan hebat
DS : pasien perdarah hebat terkait anemia hypovolemik
DO :
ü  TTV :
-          Hb : 5 g/dL
-          Ht : 15%
-          RBC : 2.2x 10¹²/L
-          WBC : 6.1x 109/L
-          Pulse : 110x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 100/60 mmHg
ü  Kaji keadaan umum
ü  Kondisi luka
ü  Kapiler rapid
ü  Tingkat kesadaran
ü  Konjungtiva
ü  Rontgen+ CT Scan
ü  McH : 22 pg
ü  McHc : 28 g/dL
ü  MCV : 60 FL
DS : Riwayat keluarga pasien terkait penyakit hematologia
ü  DO : TTV :
-          Hb : 5 g/dL
-          Ht : 15%
-          RBC : 2.2x 10¹²/L
-          WBC : 6.1x 109/L
-          Pulse : 110x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 100/60 mmHg
ü  McH : 22 pg
ü  McHc : 28 g/dL
ü  MCV : 60 FL
ü  Kaji keadaan umum
ü  Kondisi luka
ü  Kapiler rapid
ü  Tingkat kesadaran
ü  Konjungtiva
ü  Rontgen+ CT Scan








Intoleransi aktivitas















Perubahan perfusi jaringan








Ketidakseimbangan suplai oksigen















Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
DS : pasien mengeluh pusing terkait dengan lemas
ü  DO : TTV :
-          Hb : 5 g/dL
-          Ht : 15%
-          RBC : 2.2x 10¹²/L
-          WBC : 6.1x 109/L
-          Pulse : 110x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 100/60 mmHg
ü  McH : 22 pg
ü  McHc : 28 g/dL
ü  MCV : 60 FL


Penurunan nutrisi

Ketidakadekuatan nutrisi kurang dari kebutuhan
DS : pasien mengatakan tidak mengetahui komplikasi yang terkait dengan pendarahan hebat
ü  DO : TTV :
-          Hb : 5 g/dL
-          Ht : 15%
-          RBC : 2.2x 10¹²/L
-          WBC : 6.1x 109/L
-          Pulse : 110x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 100/60 mmHg
ü  Kaji keadaan umum
ü  Kondisi luka
ü  Kapiler rapid
ü  Tingkat kesadaran
ü  Konjungtiva
ü  Rontgen+ CT Scan
ü  McH : 22 pg
ü  McHc : 28 g/dL
ü  MCV : 60 FL


Kurangnya pengetahuan

Kuranganya informasi tentang anemia hypovolemik

B.            Diagnosa Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko syok hypovolemik b.d pendarahan hebat
2.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen
3.
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komonen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
4.
Penurunan nutrisi b.d ketidakadekuatan nutrisi kurang dari kebutuhan
5.
Kurangnya pengetahuan b.d Kuranganya informasi tentang anemia hypovolemik

C.           Intervensi
No diagnosa
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi keperawatan dan Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam masalah pendarahan hebat sudat teratasi dengan criteria hasil :
ü  TTV :
-          Hb : 11,7 g/dL
-          Ht : 32 %
-          RBC :
-          WBC : 11x 10 9/L
-          Pulse : 100x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 120/80 mmHg
-          Mcv : 80 FL
-          McH : 26 pg
-          McHc : 32 g/dL
ü  Penyembuhan luka
ü  Tingkat kesadaran normal
-          Perawatan tehnik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan resiko infeksi bakteri
-          Kaji tingkat kesadaran
Rasional : jaringan otak sangat sensitive pada penurunan oksigen
-          Tingkatkan masukan cairan adekuat.
Rasional  : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh (missal. Pernapasan dan ginjal).
-          Amati cairan luka.
Rasional : indicator infeksi bakteri
-          Ambil sensitivitas sesuai indikasi
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah intoleransi aktifitas sudah teratasi dengan criteria hasil :
ü  TTV :
-          Hb : 11,7 g/dL
-          Ht : 32 %
-          RBC :
-          WBC : 11x 10 9/L
-          Pulse : 100x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 120/80 mmHg
-          Mcv : 80 FL
-          McH : 26 pg
-          McHc : 32 g/dL
ü  Penyembuhan luka
Tingkat kesadaran normal

-          Kaji gangguan keseimbangan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi resiko cedera
-          Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telephone dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen.
-          Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Rasional : hipotensi postural dapat menyebabkan pusing dan peningkatan risiko cedera.
-          Berikan bantuan dalam aktifitas
Rasional : membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
-          Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktifitas.
Rasional : mempertahankan tingkat energy dan meningkatkan regangan pada system pernapasan.


3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selule yang diperlukan untuk pengiraman oksigen sudah teratasi dengan criteria hasil :
ü  TTV :
-          Hb : 11,7 g/dL
-          Ht : 32 %
-          RBC :
-          WBC : 11x 10 9/L
-          Pulse : 100x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 120/80 mmHg
-          Mcv : 80 FL
-          McH : 26 pg
-          McHc : 32 g/dL
ü  Rontgen dan CT scan
ü  Kondisi luka membaik
ü  Kapiler rapid (+)

-          Awasi tanda vital
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi keperawatan.
-          Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : memaksimalkkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan: kontraindikasi bila ada hipotensi
-          Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
-          Awasi pemeriksaan laboratarium
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan respon terhadap terapi.
-          Berikan SDM darah lengkap.
Rasional : meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko perdarahan
4.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah penurunan nutrisi yang tidak adekuat sudah teratasi dengan criteria hasil :
TTV :
-          Hb : 11,7 g/dL
-          Ht : 32 %
-          RBC :
-          WBC : 11x 10 9/L
-          Pulse : 100x/menit
-          RR : 26x/menit
-          BP : 120/80 mmHg
-          Mcv : 80 FL
-          McH : 26 pg
-          McHc : 32 g/dL
-          BB naik

-          Kaji riwayat nutrisi . observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan komsumsi makanan
-          Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi
-          Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan.
-          Konsul pada ahli gizi
Rasional : membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
-          Pantau pemeriksaan laboratarium
Rasional : meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
5.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang anemia hypovolemik sudah teratasi dengan criteria hasil :
-          Menyatakan pemahaman proses penyakit
-          Mengetahui komplikasi anemia hypovolemik
-          Dapat mengidentifikasi factor penyebab
-          Menyatakan pemahaman rencana pengobatan
-          Berikan informasi tentang anemia. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
-          Kaji ulang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
-          Kaji pengetahuan pasien tentang factor pencetus.
Rasional : penurunan tegangan oksigen pada ketinggian lebih tinggi menyebabkan hipoksia
-          Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratarium tidak akan memperburuk anemia.
Rasional : ini sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien.
-          Identifikasi masalah keamanan
Rasional : menurunkan risiko perdarahan dari jaringan yang rapuh.
-          Instrusikan untuk menghindari produk aspirin.
Rasional : meningkatan kencendurungan perdarahan.















BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali. Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.




















DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar