MAKALAH
BLOK SISTEM HEMATOLOGI
ANEMIA
HIPOVOLEMI
OLEH
:
WORO
PUSPANINGRUM
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga sampai saat ini kami dapat
menyusun dan menyelesaikan tugas dari mata kuliah SISTEM HEMATOLOGI yang kami
beri judul: “ANEMIA HIOPOVOLEMI AKUT”
. Penulisan Makalah ini merupakan tugas bagi Mahasiswa UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA khususnya untuk mahasiswa S1 keperawatan.
Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada Dosen tutor dan rekan –
rekan yang telah turut serta memberikan saran maupun kritik yang sangat bermanfaat
dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami berharap tugas ini bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR
ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .1
1.2 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.1
1.3 metedologi penelitian . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.4 ruang lingkup penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
1.5 Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Anatomi dan fisiologi sitem hematologi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
2.2 Anemia Hipovolemi Akut
a. Definisi Anemia . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
b. Jenis-Jenis Anemia . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
c. Etiologi Anemia . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
d. Patofisiologi Anemia . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
e. Tanda-Gejala Anemia. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
f. Komplikasi Anemia . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
g. Pemeriksaan Penunjang Anemia. . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
h. Penatalaksanaan medis Anemia . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
3.1 Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
3.2 Diagnosa keperawatan . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18
3.3 Intervensi keperawatan . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 23
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia adalah
salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja
usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun
dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah
dari harga normal.
1.2
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi dan fisiologi sistem
imun
b.
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
c.
Mahasiswa mampu menyebutkan jenis, penyebab, manifestasi
klinis, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang, anemia.
d.
Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin
muncul pada pasien anemia.
e.
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien
dengan anemia.
1.3 Metodologi penulisan
a.
Mengumpulkan dari litelatur dan internet
b.
Berdiskusi dengan teman kelompok dan
teman beda kelompok
1.4
Ruang lingkup penulisan
1)
Definisi Anemia
2)
Etiologi Anemia
3)
Tanda-gejala penyakit Anemia
4)
Patofisiologis Anemia
5)
Komplikasi Anemia
6)
Pemeriksaan penunjang Anemia
7)
ASKEP Anemia
1.5
Sistematika
Penulisan
BAB I Pendahuluan
berisi Latar Belakang, Tujuan, dan Sisitematika Penulisan.
BAB II Berisikan
isi yaitu definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, ASKEP Anemia
BAB III Penutup
berisi Kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
ANATOMI DAN
FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
Anatomi system hematologi
System hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa.
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan orang lain karena
berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia
sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah
darah pada setiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta
keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri dari 2 komponen utama, yaitu
sebagai berikut :
1)
Plasma darah,
bagian cair darah yang sebagian besar
terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
2)
Butir-butir
darah (Blood Corpuscles), yang terdiri atas komponen – komponen berikut :
·
Eritrosit : sel
darah merah (SDM-red blood cell)
·
Leukosit : sel darah
putih (SDP-white blood cell)
·
Trombosit :
butir pembekuan darah-platelet
Sel
Darah Merah (Eritrosit)
Struktur
Sel Darah Merah
Sel
darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter 7 mikron. Bikonkavitas
memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak
yang pendek antara membrane dan inti sel. Wrnanya kuning kemerah-merahan,
karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti
sel, mitokondria, dan ribosom , serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat
melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagi
berikut :
1)
Membrane
eritrosit
2)
System enzim :
enzim G6PD (Glocose 6-Phosphatedehydrogenase)
3)
Hemoglobin,
komponen terdiri atas :
· Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
· Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2
rantai beta
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah
merah. Hemoglobin berfungsi untuk meningkatkan oksigen, satu gram hemoglobin
akan bergabung dengan 1.34 ml oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi/berkaitan
dengan oksigen
Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hydrogen
serta membawanya ke paru, tempa zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.
Produksi
Sel Darah Merah (Eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritrosit pada
orang dewasa terjadi dalam sumsum tulang belakang, dimana system eritrosit
menepati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah.
Sel eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensiasi dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial
ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah sitem eritrosit, myeloid, dan
megakariosibila yang dirangsang oleh eritropoeitin. Sel induk multipotensial
akan berdeferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial
tidak mampu berdeferensiasi lebih lanjut, sehinggal sel induk unipotensial seri
eritrosit hanya akan berdeferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas
akan membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai empat kali fase mitosis.
Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16
eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dengan sirkulasi. Pada produksi
eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat,
piridoksin (B6), kobal, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar perubahan
morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai
eritrosit matang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1)
Ukuran sel
semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
2)
Inti sel
menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritoblas asidosis
3)
Dalam
sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam
sitoplasma sel.
Lama
hidup
Eritrosit
hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini enzim mereka gagal. Membrane sel
berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel system
retikulo endothelial
Jumlah
eritrosit
Jumlah
normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb
wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%
Sifat-sifat
sel darah merah
Sel
darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang
terdapat di dalam sel sebagai berikut :
1)
Normositik :
sel yang ukurannya mormal
2)
Normokromik :
sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
3)
Mikrositik :
sel yang ukurannya terlalu kecil
4)
Makrositik :
sel yang ukurannya terlalu besar
5)
Hipokromik :
sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
6)
Hiperkromik :
sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak
Dalam
keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini
memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan.
Apabila sel darah merah sulit berubah bentuk (kaku), maka sel tersebut tidak
dapat bertahan selama peredaran salam sirkulasi
Penghancuran sel darah merah
Proses penghancuran sel darah merah
terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis)
Hemolisis yang terjadi pada
eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi
dua komponen sebagi berikut :
a)
Komponen
protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat
digunakan kembali
b)
Komponen heme
akan dipecah menjadi dua, yaitu :
· Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang
· Bilirubin yang akan disekresikan melalui hati dan empedu
Skema penghancuran eritrosit
![]() |
Fisiologi
system hematologi
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai berikut
1)
Sebagai alat
pengangkut yang meliputi hal-hal berikut :
· Mengangkut gas karbondioksida (CO2) dari jaringan
perifer kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke
jaringan yang memerlukan
· Mengangkut sisa-sisa dari hasil metabolism jaringan berupa urea,
keratin, dan ampas urat
· Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan
ke seluruh jaringan tubuh
· Mengangkut hasil metabolism jaringan
2)
Mengatur
keseimbangan cairan tubuh
3)
Mengatur panas
tubuh
4)
Berperan serta
dalam mengatur pH cairan tubuh
5)
Mempertahankan
tubuh dari serangan penyakit infeksi
6)
Mencegah
perdarahan
2.2
ANEMIA
HYPOVOLEMIK AKUT
a.
Definisi
Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak
adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges,).
Anemia adalah
istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian
anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
b.
Jenis-jenis
Anamia
a)
Anemia aplastik
merupakan suatu gangguan yang mengancam
jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam
jumlah yang tidak mencukupi.
b)
Anemia
defisiensi besi merupakan secara morfologi, keadaan ini diklasifikasikan
sebagai anemia mikrostik hypokromik dengan penurunan kuantitatif sintetis
hemoglobin. Defesiensi besi merupakan penyebab anemia di dunia dan terutama
sering dijumpai pada perempuan berusia subur, disebabkan oleh kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan.
c)
Anemia
megaloblastik merupakan (SDM besar) diklasifikasikan secara morfologis sebagai
anemia makrostik normokromik.anemia megaloblastik sering disebabkan oleh
defisiensi vitamin B12 dan asam folat dan mengakibatkan gangguan
sintetis DNA, disertai kegagalan maturasi dan pembelahan inti(Guyton, 2001).
d)
Anemia Sel
Sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan struktur hemoglobin.
Penyakit sel sabit merupakan gangguan
genetik resesif autosomal, yaitu individu memeperoleh hemoglobin sabit (Hb S)
dari kedua orang tuanya.
c.
Etiologi
Penyebab
tersering dari anemia akut adalah kondisi seperti perdarahan.
Penyebab umum dari anemia akut :
Penyebab umum dari anemia akut :
·
Perdarahan hebat Akut (mendadak)
·
Kecelakaan
·
Pembedahan
·
Persalinan
·
Pecah pembuluh darah
·
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
d.
Patofisiologi
Patway
Anemia Hypovolemik Akut
![]() |
e.
Manifestasi
klinis
a)
penurunan kinerja fisik
b)
gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku
c)
anorexia (badan kurus kerempeng),
d)
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
e)
Gangguan
tubuh kembang
f)
gangguan fungsi epitel
g)
berkurangnya keasaman lambung
h)
lemah,
letih, lesu, lelah, lalai
i)
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah).
j)
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang
k)
stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah)
f.
Komplikasi
Anemia juga menyebabkan
daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena
infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih
kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi
lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah).
g.
Pemeriksaan
penunjang
a.
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan
hemalokrit menurun.
b.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat
(aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),peningkatan
(AP) . Pansitopenia (aplastik).
c.
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal :
menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis).
d.
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan
warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e.
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi
inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit
malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu
hidup lebih pendek.
f.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
g.
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah
merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
h.
Folat serum dan vitamin B12 membantu
mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum :
tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum :
meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
i.
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada
urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges).
h.
Penatalaksanaan
Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1)
Transpalasi sel darah merah.
2)
Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3)
Suplemen asam folat dapat merangsang
pembentukan sel darah merah.
4)
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau
aktivitas yang membutuhkan oksigen
5)
penyebab
perdarahan abnormal bila ada
6)
Diet kaya besi yang mengandung daging dan
sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari
penyebabnya) :
1.
Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan
:Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2.
Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3.
Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4.
Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan
dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN.
1.
Aktifitas / Istirahat
·
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
·
Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk
bekerja
·
Toleransi terhadap latihan rendah.
·
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2.
Sirkulasi
·
Riwayat kehilangan darah kronis,
·
Riwayat endokarditis infektif kronis.
·
Palpitasi.
3.
Integritas ego
·
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan
pengobatan, misalnya: penolakan tranfusi darah.
4.
Eliminasi
·
Riwayat
pielonenepritis, gagal ginjal.
·
Flatulen, sindrom
malabsobsi.
·
Hematemesi,
melana.
·
Diare atau
konstipasi
5.
Makanan / cairan
·
Nafsu makan
menurun
·
Mual/ muntah
·
Berat badan
menurun
6.
Nyeri / kenyamanan
·
Lokasi nyeri
terutama di daerah abdomen dan kepala.
7.
Pernapasan
·
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
Data
Fokus
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
Pasien mengatakan :
-
Perdarahan
hebat terkait dengan anemia hypovolemik
-
Pusing
terkait dengan pusing lemas
-
Riwayat
kelurga terkait penyakit hematologia
|
·
TTV
:
-
Hb
: 5 g/dL
-
Ht
: 15%
-
RBC
: 2.2x 10¹²/L
-
WBC
: 6.1x 109/L
-
Pulse
: 110x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 100/60 mmHg
·
Kaji
keadaan umum
·
Kondisi
luka
·
Kapiler
rapid
·
Tingkat
kesadaran
·
Konjungtiva
·
Rontgen+
CT Scan
·
McH
: 22 pg
·
McHc
: 28 g/dL
·
MCV
: 60 FL
|
Analisa
data
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
DS : pasien perdarah hebat terkait
anemia hypovolemik
DO :
ü TTV :
-
Hb
: 5 g/dL
-
Ht
: 15%
-
RBC
: 2.2x 10¹²/L
-
WBC
: 6.1x 109/L
-
Pulse
: 110x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 100/60 mmHg
ü Kaji keadaan umum
ü Kondisi luka
ü Kapiler rapid
ü Tingkat kesadaran
ü Konjungtiva
ü Rontgen+ CT Scan
ü McH : 22 pg
ü McHc : 28 g/dL
ü MCV : 60 FL
|
Gangguan syok hypovolemik
|
Pendarahan hebat
|
DS : pasien perdarah hebat terkait
anemia hypovolemik
DO :
ü TTV :
-
Hb
: 5 g/dL
-
Ht
: 15%
-
RBC
: 2.2x 10¹²/L
-
WBC
: 6.1x 109/L
-
Pulse
: 110x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 100/60 mmHg
ü Kaji keadaan umum
ü Kondisi luka
ü Kapiler rapid
ü Tingkat kesadaran
ü Konjungtiva
ü Rontgen+ CT Scan
ü McH : 22 pg
ü McHc : 28 g/dL
ü MCV : 60 FL
DS : Riwayat keluarga pasien terkait
penyakit hematologia
ü DO : TTV :
-
Hb
: 5 g/dL
-
Ht
: 15%
-
RBC
: 2.2x 10¹²/L
-
WBC
: 6.1x 109/L
-
Pulse
: 110x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 100/60 mmHg
ü McH : 22 pg
ü McHc : 28 g/dL
ü MCV : 60 FL
ü Kaji keadaan umum
ü Kondisi luka
ü Kapiler rapid
ü Tingkat kesadaran
ü Konjungtiva
ü Rontgen+ CT Scan
|
Intoleransi aktivitas
Perubahan perfusi jaringan
|
Ketidakseimbangan suplai oksigen
Penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen
|
DS : pasien mengeluh pusing terkait
dengan lemas
ü DO : TTV :
-
Hb
: 5 g/dL
-
Ht
: 15%
-
RBC
: 2.2x 10¹²/L
-
WBC
: 6.1x 109/L
-
Pulse
: 110x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 100/60 mmHg
ü McH : 22 pg
ü McHc : 28 g/dL
ü MCV : 60 FL
|
Penurunan nutrisi
|
Ketidakadekuatan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
DS : pasien mengatakan tidak
mengetahui komplikasi yang terkait dengan pendarahan hebat
ü DO : TTV :
-
Hb
: 5 g/dL
-
Ht
: 15%
-
RBC
: 2.2x 10¹²/L
-
WBC
: 6.1x 109/L
-
Pulse
: 110x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 100/60 mmHg
ü Kaji keadaan umum
ü Kondisi luka
ü Kapiler rapid
ü Tingkat kesadaran
ü Konjungtiva
ü Rontgen+ CT Scan
ü McH : 22 pg
ü McHc : 28 g/dL
ü MCV : 60 FL
|
Kurangnya pengetahuan
|
Kuranganya informasi tentang anemia
hypovolemik
|
B.
Diagnosa Keperawatan
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
|
Resiko syok hypovolemik b.d
pendarahan hebat
|
2.
|
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan suplai oksigen
|
3.
|
Perubahan perfusi jaringan b.d
penurunan komonen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
|
4.
|
Penurunan nutrisi b.d
ketidakadekuatan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
5.
|
Kurangnya pengetahuan b.d Kuranganya
informasi tentang anemia hypovolemik
|
C.
Intervensi
No diagnosa
|
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi keperawatan dan Rasional
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam masalah pendarahan hebat sudat teratasi dengan
criteria hasil :
ü TTV :
-
Hb
: 11,7 g/dL
-
Ht
: 32 %
-
RBC
:
-
WBC
: 11x 10 9/L
-
Pulse
: 100x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 120/80 mmHg
-
Mcv
: 80 FL
-
McH
: 26 pg
-
McHc
: 32 g/dL
ü Penyembuhan luka
ü Tingkat kesadaran normal
|
-
Perawatan
tehnik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional :
menurunkan resiko infeksi bakteri
-
Kaji
tingkat kesadaran
Rasional :
jaringan otak sangat sensitive pada penurunan oksigen
-
Tingkatkan
masukan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret
pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
(missal. Pernapasan dan ginjal).
-
Amati
cairan luka.
Rasional :
indicator infeksi bakteri
-
Ambil
sensitivitas sesuai indikasi
Rasional :
membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam masalah intoleransi aktifitas sudah teratasi
dengan criteria hasil :
ü TTV :
-
Hb
: 11,7 g/dL
-
Ht
: 32 %
-
RBC
:
-
WBC
: 11x 10 9/L
-
Pulse
: 100x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 120/80 mmHg
-
Mcv
: 80 FL
-
McH
: 26 pg
-
McHc
: 32 g/dL
ü Penyembuhan luka
Tingkat kesadaran normal
|
-
Kaji
gangguan keseimbangan kelemahan otot.
Rasional :
menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
resiko cedera
-
Berikan
lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan
batasi pengunjung, telephone dan gangguan berulang tindakan yang tak
direncanakan.
Rasional :
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen.
-
Ubah
posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Rasional :
hipotensi postural dapat menyebabkan pusing dan peningkatan risiko cedera.
-
Berikan
bantuan dalam aktifitas
Rasional :
membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu
sendiri.
-
Prioritaskan
jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode
istirahat dengan periode aktifitas.
Rasional :
mempertahankan tingkat energy dan meningkatkan regangan pada system
pernapasan.
|
3.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam masalah perubahan perfusi jaringan b.d penurunan
komponen selule yang diperlukan untuk pengiraman oksigen sudah teratasi
dengan criteria hasil :
ü TTV :
-
Hb
: 11,7 g/dL
-
Ht
: 32 %
-
RBC
:
-
WBC
: 11x 10 9/L
-
Pulse
: 100x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 120/80 mmHg
-
Mcv
: 80 FL
-
McH
: 26 pg
-
McHc
: 32 g/dL
ü Rontgen dan CT scan
ü Kondisi luka membaik
ü Kapiler rapid (+)
|
-
Awasi
tanda vital
Rasional :
memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan intervensi keperawatan.
-
Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional :
memaksimalkkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan: kontraindikasi
bila ada hipotensi
-
Hindari
penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas.
Rasional :
termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
-
Awasi
pemeriksaan laboratarium
Rasional :
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan respon terhadap terapi.
-
Berikan
SDM darah lengkap.
Rasional :
meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk
menurunkan risiko perdarahan
|
4.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam masalah penurunan nutrisi yang tidak adekuat
sudah teratasi dengan criteria hasil :
TTV :
-
Hb
: 11,7 g/dL
-
Ht
: 32 %
-
RBC
:
-
WBC
: 11x 10 9/L
-
Pulse
: 100x/menit
-
RR
: 26x/menit
-
BP
: 120/80 mmHg
-
Mcv
: 80 FL
-
McH
: 26 pg
-
McHc
: 32 g/dL
-
BB
naik
|
-
Kaji
riwayat nutrisi . observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional :
mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan komsumsi makanan
-
Timbang
berat badan tiap hari
Rasional :
mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi
-
Berikan
makanan sedikit dan frekuensi sering
Rasional :
makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan.
-
Konsul
pada ahli gizi
Rasional :
membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
-
Pantau
pemeriksaan laboratarium
Rasional :
meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan
|
5.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam masalah kurangnya pengetahuan b.d kurangnya
informasi tentang anemia hypovolemik sudah teratasi dengan criteria hasil :
-
Menyatakan
pemahaman proses penyakit
-
Mengetahui
komplikasi anemia hypovolemik
-
Dapat
mengidentifikasi factor penyebab
-
Menyatakan
pemahaman rencana pengobatan
|
-
Berikan
informasi tentang anemia. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada
tipe dan beratnya anemia.
Rasional :
memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang
tepat. Dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
-
Kaji
ulang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Rasional :
memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
-
Kaji
pengetahuan pasien tentang factor pencetus.
Rasional :
penurunan tegangan oksigen pada ketinggian lebih tinggi menyebabkan hipoksia
-
Jelaskan
bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratarium tidak akan memperburuk
anemia.
Rasional :
ini sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat
ansietas pasien.
-
Identifikasi
masalah keamanan
Rasional :
menurunkan risiko perdarahan dari jaringan yang rapuh.
-
Instrusikan
untuk menghindari produk aspirin.
Rasional :
meningkatan kencendurungan perdarahan.
|
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali. Tanda dan
gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat
di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar